
pchotdeals.com, 5 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Kambing merupakan salah satu ternak yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik untuk produksi daging, susu, kulit, maupun tenaga kerja di sektor pertanian. Di Indonesia, peternakan kambing semakin populer karena kemampuan adaptasi kambing terhadap lingkungan tropis, biaya perawatan yang relatif rendah, dan permintaan pasar yang stabil. Hingga Mei 2025, populasi kambing di Indonesia mencapai sekitar 19 juta ekor, dengan pertumbuhan tahunan 2,5% (Badan Pusat Statistik, 2024). Namun, keberhasilan peternakan kambing sangat bergantung pada perawatan yang tepat sejak lahir hingga dewasa, ketika kambing siap untuk produksi.
Perawatan kambing melibatkan berbagai aspek, termasuk nutrisi, kesehatan, manajemen kandang, reproduksi, dan strategi pemasaran. Tahapan perkembangan kambing—dari anakan, pedet, remaja, hingga dewasa—memiliki kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi untuk memastikan pertumbuhan optimal dan produktivitas tinggi. Artikel ini menyajikan panduan mendalam tentang perawatan kambing dari lahir sampai dewasa siap produksi, mencakup tahapan perkembangan, kebutuhan nutrisi, manajemen kesehatan, lingkungan kandang, reproduksi, tantangan, dan praktik terbaik dalam konteks Indonesia. Dengan pendekatan profesional, rinci, dan jelas, artikel ini bertujuan memberikan wawasan komprehensif bagi peternak pemula maupun berpengalaman untuk mencapai hasil peternakan yang sukses.
Tahapan Perkembangan Kambing dan Kebutuhan Perawatan 
Perawatan kambing dibagi berdasarkan tahapan perkembangan: anakan (0–3 bulan), pedet (3–6 bulan), remaja (6–12 bulan), dan dewasa (12 bulan ke atas). Setiap tahap memiliki kebutuhan spesifik yang harus diperhatikan.
1. Tahap Anakan (0–3 Bulan) 
Anakan kambing adalah fase kritis yang menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan jangka panjang. Perawatan pada tahap ini fokus pada nutrisi awal, perlindungan dari penyakit, dan pembentukan imunitas.
-
Nutrisi:
-
Kolostrum: Dalam 24–48 jam pertama setelah lahir, anakan harus menerima kolostrum (susu pertama induk) yang kaya akan antibodi. Kolostrum meningkatkan imunitas hingga 70% lebih efektif dibandingkan susu biasa (Journal of Animal Science, 2023). Berikan 10–15% dari berat badan anakan (misalnya, 300–450 ml untuk anakan 3 kg) dalam 3–4 kali pemberian.
-
Susu Induk atau Pengganti: Setelah kolostrum, anakan menyusu dari induk hingga usia 6–8 minggu. Jika induk tidak menghasilkan cukup susu, gunakan susu pengganti kambing (bukan susu sapi) dengan kandungan protein 20–24% dan lemak 20–26%. Berikan 400–600 ml/hari, dibagi dalam 3–4 kali pemberian.
-
Pakan Pendamping: Mulai usia 2 minggu, kenalkan pakan starter (konsentrat dengan protein 18–20%) dan rumput hijau cincang halus untuk merangsang perkembangan rumen. Contoh: dedak padi, jagung giling, dan rumput gajah.
-
-
Kesehatan:
-
Pemotongan Tali Pusar: Segera setelah lahir, potong tali pusar 2–3 cm dari perut dan celupkan ke dalam larutan iodin 7% untuk mencegah infeksi.
-
Vaksinasi dan Obat Cacing: Berikan vaksin tetanus pada usia 2 minggu dan obat cacing (misalnya, albendazole) pada usia 4 minggu untuk mencegah parasit internal.
-
Pemantauan Penyakit: Perhatikan tanda-tanda diare (scours), infeksi pernapasan, atau kekurangan nutrisi. Diare adalah penyebab utama kematian anakan, dengan tingkat mortalitas hingga 20% tanpa perawatan cepat (FAO, 2024). Gunakan larutan rehidrasi oral untuk diare ringan.
-
-
Lingkungan:
-
Kandang Anakan: Sediakan kandang bersih, kering, dan berventilasi baik dengan suhu 20–25°C. Gunakan alas jerami atau serbuk gergaji untuk menjaga kehangatan.
-
Kebersihan: Bersihkan kandang setiap hari untuk mencegah penumpukan kotoran yang menjadi sumber bakteri seperti E. coli.
-
-
Manajemen:
-
Identifikasi: Pasang tag telinga atau catat nomor identifikasi untuk memantau pertumbuhan dan riwayat kesehatan.
-
Pemisahan: Pisahkan anakan jantan dan betina pada usia 2 bulan untuk mencegah perkawinan dini.
-
2. Tahap Pedet (3–6 Bulan) 
Pada tahap ini, kambing mulai beralih dari susu ke pakan padat, dan pertumbuhan fisik menjadi prioritas. Tujuannya adalah mencapai berat badan optimal untuk penyapihan dan mempersiapkan kambing untuk tahap remaja.
-
Nutrisi:
-
Penyapihan: Sapih kambing pada usia 8–12 minggu, ketika berat badan mencapai 2–2,5 kali berat lahir (misalnya, 6–8 kg untuk kambing Etawa). Kurangi susu secara bertahap selama 1–2 minggu.
-
Pakan: Berikan campuran konsentrat (protein 16–18%) dan hijauan berkualitas tinggi (rumput gajah, kaliandra, atau lamtoro). Kebutuhan pakan: 3–4% dari berat badan dalam bahan kering (contoh: 300–400 g konsentrat dan 1–1,5 kg hijauan untuk kambing 10 kg).
-
Suplemen: Tambahkan mineral (kalsium, fosfor) dan vitamin A, D, E untuk mendukung pertumbuhan tulang dan otot.
-
-
Kesehatan:
-
Vaksinasi: Berikan vaksin ulang untuk tetanus dan enterotoksemia pada usia 3 bulan. Vaksinasi mengurangi risiko penyakit hingga 80% (Veterinary Journal, 2023).
-
Obat Cacing: Ulangi pemberian obat cacing setiap 2 bulan untuk mencegah parasit seperti cacing hati.
-
Pemotongan Tanduk (Opsional): Jika diperlukan, lakukan dehorning pada usia 2–3 minggu menggunakan alat kauterisasi untuk mencegah cedera antar kambing.
-
-
Lingkungan:
-
Kandang: Pindahkan pedet ke kandang kelompok dengan kepadatan 1–1,5 m²/ekor. Pastikan kandang memiliki tempat makan dan minum yang cukup.
-
Akses ke Padang Rumput: Jika memungkinkan, biarkan pedet merumput selama 3–4 jam/hari untuk merangsang pencernaan dan aktivitas fisik.
-
-
Manajemen:
-
Pemantauan Pertumbuhan: Timbang kambing setiap bulan untuk memastikan pertambahan berat badan harian (PBB) 50–100 g/ekor, tergantung pada jenis kambing (misalnya, Etawa atau Kacang).
-
Seleksi: Identifikasi kambing dengan pertumbuhan lambat atau cacat fisik untuk pengobatan atau eliminasi dari kelompok produksi.
-
3. Tahap Remaja (6–12 Bulan) 
Tahap remaja adalah periode transisi menuju kematangan seksual dan persiapan untuk produksi. Fokusnya adalah memperkuat fisik, mempersiapkan reproduksi, dan mencegah stres lingkungan.
-
Nutrisi:
-
Pakan: Tingkatkan konsentrat dengan protein 14–16% dan hijauan berkualitas tinggi. Kebutuhan pakan: 3,5–4% dari berat badan dalam bahan kering (contoh: 500–600 g konsentrat dan 2–3 kg hijauan untuk kambing 20 kg).
-
Suplemen: Berikan garam mineral dan urea molasses block (UMB) untuk meningkatkan asupan nutrisi dan efisiensi pakan.
-
Air Bersih: Pastikan kambing memiliki akses ke air bersih sepanjang hari, dengan kebutuhan 3–5 liter/ekor/hari.
-
-
Kesehatan:
-
Pemeriksaan Rutin: Periksa tanda-tanda penyakit seperti orf (infeksi kulit), kembung (bloat), atau koksidiosis, yang umum pada kambing remaja. Gunakan amprolium untuk mengatasi koksidiosis.
-
Kastrasi (Opsional): Untuk kambing jantan yang tidak digunakan untuk perkawinan, lakukan kastrasi pada usia 4–6 bulan untuk meningkatkan pertumbuhan daging dan mengurangi agresivitas.
-
Pemangkasan Kuku: Pangkas kuku setiap 2–3 bulan untuk mencegah infeksi dan masalah mobilitas.
-
-
Lingkungan:
-
Kandang: Sediakan kandang dengan kepadatan 2–2,5 m²/ekor untuk kambing remaja. Pastikan ventilasi baik dan atap tahan bocor untuk melindungi dari hujan.
-
Pengelolaan Limbah: Gunakan sistem pengelolaan kotoran (kompos atau biogas) untuk menjaga kebersihan dan memanfaatkan limbah sebagai pupuk.
-
-
Manajemen:
-
Pemilihan Bibit: Pilih kambing betina dengan potensi reproduksi tinggi (contoh: tubuh simetris, ambing sehat) dan kambing jantan dengan genetik unggul untuk perkawinan.
-
Pelatihan Sosial: Biarkan kambing berinteraksi dalam kelompok untuk mengurangi stres dan membentuk hierarki sosial yang stabil.
-
4. Tahap Dewasa (12 Bulan ke Atas) 
Pada tahap dewasa, kambing siap untuk produksi, baik daging, susu, maupun perkawinan. Tujuannya adalah memaksimalkan produktivitas sambil menjaga kesehatan dan umur produktif.
-
Nutrisi:
-
Pakan Produksi: Berikan konsentrat dengan protein 12–14% untuk kambing daging dan 16–18% untuk kambing perah. Hijauan tetap menjadi pakan utama, dengan tambahan silase atau jerami pada musim kering.
-
Pakan Khusus:
-
Kambing Daging: Fokus pada pakan tinggi energi (jagung, dedak) untuk meningkatkan berat badan. Target PBB: 100–150 g/hari.
-
Kambing Perah: Tambahkan pakan kaya kalsium (kacang-kacangan, daun kelor) untuk mendukung produksi susu (1–3 liter/hari untuk kambing Etawa).
-
Induk Bunti: Tingkatkan pakan 20–30% selama kebuntingan untuk mendukung perkembangan janin.
-
-
Manajemen Pakan: Berikan pakan 2–3 kali sehari, dengan hijauan di pagi dan sore serta konsentrat di siang hari.
-
-
Kesehatan:
-
Vaksinasi Rutin: Berikan vaksin enterotoksemia dan anthrax setiap 6–12 bulan, tergantung pada risiko lokal.
-
Pencegahan Parasit: Lakukan rotasi obat cacing (misalnya, ivermectin, levamisole) setiap 3 bulan untuk mencegah resistensi parasit.
-
Kesehatan Reproduksi: Periksa kesehatan ambing pada kambing perah dan lakukan pemeriksaan kebuntingan 30–45 hari setelah perkawinan.
-
-
Lingkungan:
-
Kandang Produksi: Sediakan kandang dengan kepadatan 2,5–3 m²/ekor untuk kambing dewasa. Pisahkan kambing jantan, betina, dan induk bunting untuk manajemen yang lebih baik.
-
Fasilitas Perah: Untuk kambing perah, sediakan ruang pemerahan yang bersih dengan lantai semen dan alat pemerah stainless steel untuk mencegah kontaminasi.
-
-
Manajemen Reproduksi:
-
Perkawinan: Kambing betina biasanya mencapai kematangan seksual pada usia 8–12 bulan. Gunakan rasio 1 jantan untuk 20–25 betina untuk perkawinan alami. Alternatifnya, gunakan inseminasi buatan untuk meningkatkan kualitas genetik.
-
Kebuntingan: Masa kebuntingan kambing adalah 145–155 hari. Berikan pakan tambahan pada trimester ketiga dan hindari stres fisik.
-
Persalinan: Siapkan kandang bersalin yang bersih dan pantau proses kelahiran. Berikan bantuan jika induk mengalami distosia (kelahiran sulit).
-
Tantangan dalam Perawatan Kambing
-
Penyakit dan Mortalitas:
-
Penyakit seperti diare, koksidiosis, dan infeksi pernapasan menyebabkan kerugian hingga 15% populasi kambing di Indonesia (Kementan RI, 2024). Solusi: vaksinasi rutin, kebersihan kandang, dan pakan berkualitas.
-
-
Keterbatasan Pakan:
-
Musim kering mengurangi ketersediaan hijauan, memaksa peternak menggunakan pakan berkualitas rendah. Solusi: buat silase atau tanam tanaman pakan seperti indigofera.
-
-
Manajemen Reproduksi:
-
Tingkat fertilitas rendah dan kematian anakan menjadi masalah di peternakan kecil. Solusi: pilih bibit unggul dan lakukan pelatihan manajemen reproduksi.
-
-
Pasar dan Harga:
-
Fluktuasi harga kambing, terutama di luar musim kurban, dapat mengurangi keuntungan. Solusi: diversifikasi produk (susu, kulit) dan jalin kemitraan dengan pasar.
-
-
Keterbatasan Pengetahuan:
-
Banyak peternak kecil kurang memahami teknik modern seperti vaksinasi atau pakan fermentasi. Solusi: ikuti pelatihan dari dinas peternakan atau komunitas peternak.
-
Praktik Terbaik dalam Konteks Indonesia
-
Pilih Jenis Kambing Sesuai Tujuan:
-
Kambing Kacang: Cocok untuk daging, tahan terhadap kondisi lokal, berat dewasa 25–30 kg.
-
Kambing Etawa/Peranakan Etawa: Ideal untuk susu dan daging, produksi susu 1–3 liter/hari, berat dewasa 40–60 kg.
-
Kambing Boer: Untuk daging, pertumbuhan cepat, berat dewasa hingga 100 kg, tetapi membutuhkan pakan berkualitas tinggi.
-
-
Manajemen Kandang Modern:
-
Gunakan kandang panggung dengan lantai bilah bambu untuk memudahkan pembersihan dan mencegah penyakit.
-
Pasang sistem ventilasi dan pencahayaan alami untuk menjaga suhu 20–28°C, ideal untuk kambing tropis.
-
-
Optimalkan Pakan Lokal:
-
Manfaatkan sumber pakan lokal seperti daun kelor, gamal, atau limbah pertanian (kulit pisang, jerami padi) untuk mengurangi biaya.
-
Fermentasi pakan dengan EM4 meningkatkan nilai nutrisi hingga 15% (Jurnal Peternakan Indonesia, 2023).
-
-
Integrasi dengan Pertanian:
-
Gunakan kotoran kambing sebagai pupuk organik atau bahan bakar biogas untuk meningkatkan pendapatan peternakan.
-
Tanam tanaman pakan di lahan peternakan untuk ketahanan pakan.
-
-
Pemanfaatan Teknologi:
-
Gunakan aplikasi seperti e-Farming atau Ternaknesia untuk memantau kesehatan, pakan, dan jadwal reproduksi.
-
Adopsi inseminasi buatan untuk meningkatkan kualitas genetik, yang telah meningkatkan produktivitas hingga 20% di peternakan modern (Kementan RI, 2024).
-
Studi Kasus: Peternakan Kambing Sukses di Indonesia
Kasus 1: Peternakan Etawa di YogyakartaBapak Sugeng, peternak di Sleman, Yogyakarta, mengelola 50 ekor kambing Etawa untuk produksi susu. Ia menerapkan perawatan berikut:
-
Memberikan kolostrum dalam 24 jam pertama dan pakan starter pada usia 2 minggu.
-
Menggunakan kandang panggung dengan kepadatan 2 m²/ekor dan sistem biogas untuk limbah.
-
Memberikan pakan campuran daun kelor, konsentrat, dan silase, menghasilkan produksi susu 2 liter/ekor/hari.
-
Melakukan vaksinasi rutin dan pemeriksaan kesehatan bulanan dengan dokter hewan lokal. Hasil: Pendapatan Rp15 juta/bulan dari penjualan susu dan Rp50 juta/tahun dari penjualan anakan.
Kasus 2: Peternakan Kacang di Jawa TimurIbu Sari, peternak di Malang, fokus pada kambing Kacang untuk daging. Strateginya:
-
Menyapih anakan pada usia 8 minggu dan memberikan pakan lokal seperti jerami padi fermentasi.
-
Menggunakan kandang kelompok dengan ventilasi alami untuk mengurangi stres.
-
Melakukan seleksi bibit jantan unggul untuk perkawinan alami, meningkatkan PBB hingga 80 g/hari.
-
Menjual kambing pada musim kurban melalui kemitraan dengan pasar lokal. Hasil: Keuntungan Rp30 juta/tahun dari penjualan 40 ekor kambing dewasa.
Implikasi untuk Peternak Indonesia
-
Skala Kecil: Peternak dengan modal terbatas dapat memulai dengan 5–10 ekor kambing Kacang, fokus pada pakan lokal dan manajemen kesehatan sederhana.
-
Skala Menengah/Besar: Investasi dalam kandang modern, pakan berkualitas, dan teknologi seperti inseminasi buatan dapat meningkatkan produktivitas hingga 30%.
-
Diversifikasi Produk: Jual susu, daging, kulit, atau pupuk organik untuk mengurangi risiko fluktuasi harga.
-
Edukasi dan Pelatihan: Manfaatkan program dari Kementerian Pertanian atau komunitas peternak seperti Himpunan Peternak Kambing Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan.
Kesimpulan
Perawatan kambing dari lahir sampai dewasa siap produksi adalah proses yang membutuhkan perhatian terhadap nutrisi, kesehatan, lingkungan, dan manajemen reproduksi. Setiap tahap perkembangan—dari anakan hingga dewasa—memiliki kebutuhan spesifik yang, jika dikelola dengan baik, dapat menghasilkan kambing yang sehat, produktif, dan menguntungkan. Di Indonesia, peternakan kambing memiliki potensi besar karena permintaan pasar yang stabil dan kemampuan kambing beradaptasi dengan lingkungan tropis. Namun, tantangan seperti penyakit, keterbatasan pakan, dan kurangnya pengetahuan memerlukan strategi seperti vaksinasi rutin, pemanfaatan pakan lokal, dan adopsi teknologi modern.
Hingga Mei 2025, peternak Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya lokal, pelatihan pemerintah, dan komunitas peternak untuk meningkatkan produktivitas. Dengan menerapkan praktik terbaik yang diuraikan dalam panduan ini—mulai dari pemberian kolostrum pada anakan hingga manajemen reproduksi pada kambing dewasa—peternak dapat mencapai keberhasilan ekonomi sekaligus berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Peternakan kambing bukan hanya bisnis, tetapi juga seni yang menggabungkan ilmu, dedikasi, dan visi untuk masa depan yang berkelanjutan.
BACA JUGA: Suaka untuk Beruang Hitam: Konservasi, Perawatan, dan Tantangan dalam Melindungi Spesies Ikonik
BACA JUGA: Detail Planet Venus: Karakteristik, Struktur, dan Misteri Terkecil di Tata Surya
BACA JUGA: Cerita Rakyat Korea Utara: Sebuah Kisah yang Bersejarah dan Beragam