Pembibitan hingga Produksi Ikan Tenggiri

Pembibitan hingga Produksi Ikan Tenggiri

pchotdeals.com, 05 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88    

 

Makassar Ekspor 2,3 Ton Ikan Tenggiri dan Kerapu ke Singapura - Industri  Katadata.co.id

 

 

Ikan tenggiri (Scomberomorus spp.), yang dikenal sebagai salah satu ikan pelagis ekonomis penting di Indonesia, memiliki nilai komersial tinggi karena dagingnya yang lezat, tekstur lembut, dan kandungan gizi yang kaya, termasuk protein dan asam lemak omega-3. Ikan ini banyak diolah menjadi berbagai produk seperti kerupuk, pempek, bakso, sosis, dan abon. Namun, untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, pembibitan dan produksi ikan tenggiri melalui budidaya menjadi solusi penting untuk mengurangi tekanan pada stok ikan liar. Artikel ini akan mengulas secara mendalam proses pembibitan hingga produksi ikan tenggiri, mencakup aspek biologi, teknik budidaya, pengelolaan, tantangan, dan pemanfaatan hasilnya, berdasarkan informasi dari sumber-sumber terpercaya.

Karakteristik Biologi Ikan Tenggiri

Sebelum membahas proses pembibitan dan produksi, penting untuk memahami karakteristik biologi ikan tenggiri agar budidaya dilakukan secara optimal:

Proses Pembibitan Ikan Tenggiri

 

Susi Targetkan Produksi Ikan Sumbang 7% PDB

 

 

Pembibitan ikan tenggiri adalah langkah awal dalam budidaya untuk menghasilkan benih berkualitas. Proses ini melibatkan penetasan telur, pemeliharaan larva, dan pembesaran hingga menjadi benih siap tebar. Berikut adalah tahapan pembibitan:

1. Pemilihan Induk

  • Kriteria Induk: Induk tenggiri yang baik adalah ikan betina dan jantan yang sehat, bebas dari penyakit, dan telah mencapai kematangan gonad. Ikan tenggiri betina yang bagus memiliki bintik-bintik putih di badannya. Induk biasanya dipilih dari hasil tangkapan laut atau dari induk yang telah dibudidayakan.

  • Sumber Induk: Karena tenggiri adalah ikan pelagis, induk sering diperoleh dari nelayan lokal di perairan seperti Laut Jawa, Selat Malaka, atau perairan Merauke (untuk tenggiri Papua).

  • Kondisi Pemeliharaan: Induk dipelihara dalam keramba jaring apung atau kolam beton dengan salinitas air laut 30-35 ppt, suhu 26-30°C, dan kadar oksigen terlarut minimal 5 mg/L. Pakan berupa ikan kecil (seperti sarden atau teri) diberikan untuk menjaga kesehatan induk.

2. Pemijahan

  • Pemijahan Alami: Dalam kondisi ideal, tenggiri dapat memijah secara alami di keramba atau kolam dengan rasio jantan-betina 1:1 atau 1:2. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, terutama selama musim tertentu (seperti musim panas dengan suhu air lebih hangat).

  • Pemijahan Buatan: Jika pemijahan alami sulit, induk dapat disuntik hormon seperti LHRH-a atau Ovaprim untuk merangsang ovulasi. Telur yang dihasilkan dikumpulkan menggunakan jaring halus.

  • Kuantitas Telur: Satu ekor induk betina dapat menghasilkan 500.000-1.000.000 telur per siklus pemijahan, tetapi tingkat kelangsungan hidup telur hingga larva biasanya rendah (10-20%) karena sensitivitas terhadap lingkungan.

3. Penetasan Telur

  • Wadah Penetasan: Telur dipindahkan ke bak penetasan dengan air laut steril (difilter UV) dan aerasi yang baik. Suhu air dijaga pada 27-29°C, dengan salinitas 30-33 ppt.

  • Waktu Penetasan: Telur tenggiri menetas dalam waktu 24-36 jam, menghasilkan larva dengan panjang sekitar 2-3 mm.

  • Tantangan: Larva tenggiri sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air, seperti kadar oksigen atau pH. Kerang kecil yang menempel pada jaring keramba juga dapat menghambat aliran oksigen, menyebabkan kematian massal.

4. Pemeliharaan Larva

  • Pakan Awal: Larva tenggiri diberi pakan alami seperti rotifera (Brachionus spp.) pada hari ke-2 hingga ke-10, diikuti oleh copepoda atau Artemia nauplii hingga hari ke-20. Pakan buatan berupa mikropelet mulai diberikan setelah larva berumur 15 hari.

  • Manajemen Kualitas Air: Air harus diganti secara rutin (20-30% per hari) untuk menjaga kebersihan. Parameter seperti amonia (<0,1 mg/L) dan nitrit (<0,05 mg/L) dipantau ketat.

  • Tingkat Kelangsungan Hidup: Hanya sekitar 5-10% larva yang bertahan hingga menjadi benih karena tingginya tingkat kematian akibat kanibalisme atau stres lingkungan.

5. Pembesaran Benih

  • Wadah: Benih (ukuran 3-5 cm) dipindahkan ke kolam pembesaran atau keramba jaring apung di laut. Keramba harus dijaga dari kerang atau alga yang dapat menyumbat aliran air.

  • Pakan: Benih diberi pakan pelet dengan kandungan protein tinggi (40-50%) atau ikan kecil cincang. Frekuensi pemberian pakan adalah 2-3 kali sehari.

  • Durasi: Benih membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk mencapai ukuran 10-15 cm, siap untuk dipindahkan ke tahap pembesaran lebih lanjut atau dijual sebagai bibit.

Proses Produksi Ikan Tenggiri

 

Cara Budidaya Ikan Tenggiri buat Pemula & Peluang Bisnisnya

 

 

Setelah benih siap, tahap produksi melibatkan pembesaran hingga ukuran konsumsi atau pengolahan lebih lanjut. Berikut adalah tahapan utama:

1. Pembesaran

  • Sistem Budidaya:

    • Keramba Jaring Apung (KJA): Digunakan di perairan laut dengan kedalaman 5-15 meter. Keramba berukuran 3x3x3 meter dapat menampung 500-1.000 ekor benih.

    • Kolam Beton atau Tambak: Cocok untuk wilayah dengan akses terbatas ke laut. Kolam dilengkapi sistem aerasi dan sirkulasi air laut.

  • Pakan dan Nutrisi: Ikan diberi pakan pelet dengan protein 40-45% atau ikan kecil seperti sarden. Pemberian pakan dilakukan 2-3 kali sehari, dengan jumlah 3-5% dari berat tubuh ikan.

  • Manajemen Kesehatan: Ikan dipantau untuk mencegah penyakit seperti infeksi bakteri (Vibrio spp.) atau parasit. Vaksinasi dan probiotik dapat digunakan untuk meningkatkan imunitas.

  • Durasi Pembesaran: Untuk mencapai ukuran konsumsi (500-1.000 gram), diperlukan waktu 6-8 bulan, tergantung pada kualitas pakan dan kondisi lingkungan.

  • Tantangan: Gelombang tinggi selama musim angin utara (November-Februari) dapat mengganggu budidaya di keramba, menyebabkan stres pada ikan atau kerusakan jaring.

2. Pemanenan

  • Ukuran Panen: Ikan tenggiri dipanen pada ukuran 500 gram hingga 1 kg, yang ideal untuk konsumsi atau pengolahan. Ukuran ini biasanya dicapai pada panjang 40-60 cm.

  • Metode Pemanenan: Ikan diambil menggunakan jaring halus untuk menghindari stres atau cedera. Pemanenan dilakukan pagi atau sore hari untuk menjaga kesegaran.

  • Penanganan Pasca-Panen: Ikan segera disimpan dalam wadah berisi es (suhu 0-4°C) untuk mencegah pembusukan. Ikan tenggiri segar harus memiliki mata jernih, insang merah, dan daging elastis.

3. Pengolahan dan Pemanfaatan

Ikan tenggiri memiliki nilai ekonomis tinggi karena dapat diolah menjadi berbagai produk. Berikut adalah beberapa produk olahan populer:

  • Kerupuk Ikan Tenggiri:

    • Proses: Daging tenggiri dihaluskan, dicampur dengan tepung tapioka, bawang putih, garam, dan penyedap rasa. Adonan diuleni hingga kenyal, dibentuk, dikukus selama 15-20 menit, diiris tipis, dijemur hingga kering, lalu digoreng.

    • Keunggulan: Kerupuk tenggiri memiliki tekstur renyah, rasa gurih, dan kandungan protein tinggi. Tulang ikan bahkan dapat diolah menjadi tepung untuk meningkatkan nilai gizi.

    • Pasar: Produk ini diminati di pasar lokal dan ekspor, dengan harga sekitar Rp 75.000 per kg di Pati, Jawa Tengah.

  • Pempek:

    • Proses: Daging tenggiri betina yang segar difilet, dihaluskan, dan dicampur dengan tepung sagu, garam, dan air. Adonan dibentuk, direbus, dan disajikan dengan kuah cuko.

    • Keunggulan: Tenggiri memberikan tekstur kenyal dan rasa gurih pada pempek, menjadikannya pilihan utama dibandingkan ikan lain seperti kakap merah atau gabus.

  • Bakso, Sosis, dan Abon:

    • Proses: Daging tenggiri dihaluskan, dicampur dengan bumbu (bawang putih, merica, garam), dan tepung (untuk bakso atau nugget) atau disuwir dan digoreng untuk abon.

    • Keunggulan: Produk ini disukai anak-anak karena teksturnya yang lembut dan nilai gizinya yang tinggi. Abon tenggiri memiliki umur simpan lebih lama dibandingkan ikan segar.

  • Nugget dan Fish Finger:

    • Proses: Daging tenggiri dicampur dengan tepung terigu, tapioka, telur, dan dilapisi tepung roti, lalu digoreng atau dibekukan untuk stok.

    • Keunggulan: Produk ini praktis dan cocok untuk konsumsi keluarga atau pasar anak-anak.

  • Tepung Perisa Tenggiri:

    • Proses: Ikan tenggiri segar diolah menjadi ekstrak murni, dikeringkan, dan dihaluskan menjadi tepung. Digunakan untuk meningkatkan cita rasa pada pempek, sosis, atau kerupuk.

    • Keunggulan: Mengurangi biaya produksi sambil mempertahankan rasa khas tenggiri.

Tantangan dalam Budidaya Ikan Tenggiri

Meskipun memiliki potensi besar, budidaya ikan tenggiri menghadapi beberapa tantangan:

  1. Sensitivitas Lingkungan: Ikan tenggiri sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air, seperti penurunan oksigen atau penumpukan limbah. Kerang kecil yang menempel pada jaring keramba dapat menghambat aliran air, menyebabkan kematian ikan.

  2. Tingkat Kelangsungan Hidup Rendah: Tingkat kelangsungan hidup larva hingga benih hanya sekitar 5-10% karena kanibalisme dan stres lingkungan.

  3. Musim Penangkapan: Penangkapan induk dari alam liar sulit dilakukan pada musim angin utara (November-Februari) karena gelombang tinggi dan cuaca buruk.

  4. Biaya Produksi: Budidaya tenggiri membutuhkan investasi besar untuk keramba, pakan berkualitas, dan tenaga kerja terampil. Misalnya, biaya operasional produksi kerupuk tenggiri mencapai Rp 458.000 per hari, dengan keuntungan harian Rp 1,29 juta.

  5. Persaingan Pasar: Produk olahan tenggiri bersaing dengan produk dari ikan lain seperti lele atau nila, yang lebih murah dan mudah dibudidayakan.

Strategi Pengelolaan dan Keberlanjutan

Untuk memastikan keberlanjutan budidaya dan produksi ikan tenggiri, beberapa strategi dapat diterapkan:

  • Pengelolaan Stok Liar: Penelitian di Laut Jawa menunjukkan bahwa produksi maksimum lestari (MSY) tenggiri hanya 438 ton per tahun, dengan tingkat penangkapan yang sudah mendekati overfishing. Oleh karena itu, budidaya harus ditingkatkan untuk mengurangi tekanan pada stok liar.

  • Inovasi Teknologi: Penggunaan teknologi seperti sistem resirkulasi air (RAS) dapat meningkatkan efisiensi budidaya dan mengurangi dampak lingkungan.

  • Pemanfaatan Limbah: Tulang dan sisa ikan dapat diolah menjadi tepung perisa atau pakan ternak, seperti yang dilakukan dalam inovasi kerupuk UnderSea di Yogyakarta.

  • Pelatihan dan Edukasi: Program pelatihan seperti yang dilakukan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Waiheru, Ambon, dapat meningkatkan keterampilan pembudidaya dalam penetasan, pembibitan, dan pengolahan.

  • Pemasaran dan Promosi: Produk olahan tenggiri dapat dipromosikan melalui media sosial atau pasar online untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.

Kesimpulan

Pembibitan hingga produksi ikan tenggiri adalah proses kompleks yang melibatkan pemilihan induk, pemijahan, penetasan, pembesaran, dan pengolahan hasil. Dengan karakteristik biologis yang mendukung, seperti pertumbuhan cepat dan nilai gizi tinggi, tenggiri memiliki potensi besar dalam budidaya dan industri pengolahan. Namun, tantangan seperti sensitivitas lingkungan, tingkat kelangsungan hidup rendah, dan biaya produksi tinggi memerlukan inovasi teknologi dan manajemen yang baik. Produk olahan seperti kerupuk, pempek, bakso, dan abon tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi ikan tenggiri. Dengan strategi pengelolaan yang berkelanjutan, budidaya tenggiri dapat menjadi solusi untuk memenuhi permintaan pasar sekaligus menjaga kelestarian sumber daya laut Indonesia.

BACA JUGA: Seni dan Tradisi Negara Palau: Warisan Budaya Mikronesia yang Kaya

BACA JUGA: Letak Geografis dan Fisik Alami Negara Seychelles

BACA JUGA: Kampanye Publik: Strategi, Implementasi, dan Dampak dalam Mendorong Perubahan Sosial