
pchotdeals.com, 4 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Beternak sapi, baik untuk tujuan produksi daging (sapi potong) maupun susu (sapi perah), memerlukan perawatan yang teliti dan terprogram sejak lahir hingga dewasa. Perawatan yang optimal pada setiap tahap pertumbuhan sapi tidak hanya memastikan kesehatan dan produktivitas, tetapi juga meningkatkan nilai jual dan keuntungan ekonomi. Artikel ini menyajikan panduan profesional, lengkap, rinci, dan jelas tentang perawatan sapi dari usia 0 hari hingga dewasa (siap produksi atau jual), dengan fokus pada konteks peternakan di Indonesia. Panduan ini mencakup manajemen pedet, pemberian pakan, kesehatan, perkandangan, reproduksi, dan penggemukan, berdasarkan praktik terbaik dan rekomendasi dari sumber terpercaya seperti Kementerian Pertanian Indonesia.
1. Pengenalan: Pentingnya Perawatan Sapi Sejak Lahir 
Perawatan sapi sejak lahir hingga dewasa bertujuan untuk:
-
Mencapai pertumbuhan optimal: Memastikan sapi mencapai bobot badan ideal untuk produksi daging atau susu.
-
Menjamin kesehatan: Mencegah penyakit yang dapat menghambat produktivitas.
-
Meningkatkan produktivitas: Untuk sapi perah, memastikan produksi susu yang tinggi; untuk sapi potong, menghasilkan daging berkualitas.
-
Meningkatkan nilai ekonomi: Sapi yang sehat dan berkualitas memiliki harga jual lebih tinggi, baik untuk kurban, daging, atau bibit.
Tahap perkembangan sapi dibagi menjadi:
-
Pedet (0–8 bulan): Fokus pada kesehatan awal, perkembangan rumen, dan pertumbuhan awal.
-
Sapi dara (8 bulan–siap kawin, sekitar 16–18 bulan): Fokus pada pertumbuhan tubuh dan persiapan reproduksi.
-
Sapi dewasa (2–3 tahun): Siap untuk produksi susu, penggemukan, atau penjualan.
Berikut adalah panduan perawatan untuk setiap tahap.
2. Perawatan Pedet (0–8 Bulan) 
Pedet adalah anak sapi dari lahir hingga usia 8 bulan. Tahap ini sangat krusial karena kesalahan penanganan dapat menyebabkan kematian, pertumbuhan terhambat, atau produktivitas rendah di masa depan.
a. Penanganan Pasca Kelahiran (0–24 Jam) 
-
Pembersihan: Bersihkan lendir dari mulut dan hidung pedet menggunakan kain bersih untuk memastikan pernapasan lancar. Jika pedet tidak bernapas, lakukan pernapasan buatan dengan menekan dada secara perlahan.
-
Tali Pusar: Potong tali pusar sepanjang 10 cm dari pangkal, olesi dengan yodium tincture 10% untuk mencegah infeksi, lalu ikat.
-
Pemberian Kolostrum:
-
Berikan kolostrum (susu pertama induk) dalam waktu 30 menit hingga 1 jam setelah lahir, paling lambat 24 jam, karena usus pedet hanya dapat menyerap antibodi selama periode ini.
-
Dosis: 10% dari bobot lahir (minimal 2 liter/hari), diberikan 3 kali sehari dengan interval sama selama 5 hari.
-
Cara: Gunakan ember bersih dengan bantuan jari sebagai pengganti puting, atau dot susu jika pedet sulit minum.
-
Manfaat: Kolostrum kaya akan imunoglobulin untuk kekebalan, menghambat bakteri E. coli, dan mendukung pertumbuhan awal.
-
-
Kandang: Tempatkan pedet di kandang khusus dengan alas jerami kering untuk menjaga kehangatan dan mencegah infeksi.
b. Manajemen Pakan (0–8 Bulan) 
Perkembangan alat pencernaan pedet, terutama rumen, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan. Pada saat lahir, abomasum (perut sejati) menyumbang 60–70% kapasitas pencernaan, sedangkan rumen hanya 30%. Pada usia 8 minggu, rumen harus berkembang hingga 70–80% kapasitas total.
-
0–3 Minggu:
-
Pakan utama: Kolostrum (hari 1–5), lalu susu induk atau milk replacer (pengganti susu). Milk replacer harus mengandung 20% protein, 12% lemak, dan serat <0,25%, ditambah antibiotik seperti klortetrasiklin untuk mencegah diare.
-
Frekuensi: 2–3 kali sehari, dosis disesuaikan dengan bobot badan (10% bobot badan/hari).
-
Catatan: Pedet belum dapat mencerna pati atau protein non-susu pada usia ini.
-
-
4–8 Minggu:
-
Mulai perkenalkan pakan padat (calf starter) untuk merangsang perkembangan rumen. Contoh: Campuran konsentrat dengan protein 18–20%.
-
Pakan hijauan: Berikan rumput segar berkualitas (contoh: rumput raja) dalam jumlah kecil untuk melatih ruminasi.
-
Susu: Kurangi secara bertahap hingga pedet disapih pada usia 6–8 minggu.
-
Tips: Batasi susu untuk mendorong konsumsi pakan padat, tetapi hindari stres akibat perubahan mendadak.
-
-
3–8 Bulan:
-
Pakan utama: Konsentrat (1–1,5 kg/hari) dan hijauan (rumput, leguminosa seperti kaliandra).
-
Suplemen: Berikan mineral dan vitamin untuk mendukung pertumbuhan tulang dan otot.
-
Penyapihan: Dilakukan pada usia 6–8 bulan, saat pedet mampu mencerna pakan kasar secara efisien.
-
c. Kesehatan dan Perkandangan
-
Kesehatan:
-
Vaksinasi: Berikan vaksin untuk penyakit seperti Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) atau Bovine Viral Diarrhea (BVD) sesuai rekomendasi dokter hewan.
-
Obat cacing: Berikan pada usia 3–4 bulan untuk mencegah parasit internal.
-
Observasi: Periksa tanda-tanda diare, infeksi pernapasan, atau kelemahan. Pedet yang sakit harus dipisahkan dan dirawat intensif.
-
-
Kandang:
-
Ukuran: 100 cm x 125 cm per ekor untuk pedet.
-
Kebersihan: Bersihkan kandang setiap hari untuk mencegah penyakit.
-
Ventilasi: Pastikan sirkulasi udara baik, tetapi hindari angin kencang.
-
Pemisahan: Pisahkan pedet dari induk setelah 3–4 hari untuk mencegah cedera, tetapi biarkan pedet melihat induk untuk mengurangi stres.
-
d. Tanda Pedet Sehat
-
Bobot lahir: 31,5–51,5 kg, tergantung jenis (contoh: Sapi Bali 15–20 kg, Simental 40–50 kg).
-
Bulu mengkilat, mata cerah, dan tidak ada cacat fisik.
-
Nafsu makan baik dan aktif bergerak.
3. Perawatan Sapi Dara (8 Bulan–Siap Kawin)
Sapi dara adalah sapi betina yang telah disapih hingga siap kawin (umur 16–18 bulan). Tahap ini fokus pada pertumbuhan tubuh, perkembangan ambing (untuk sapi perah), dan persiapan reproduksi.
a. Pemberian Pakan
-
Hijauan: Rumput berkualitas (contoh: rumput gajah, rumput raja) sebanyak 10–15% bobot badan/hari.
-
Konsentrat: 1,5–2 kg/hari, mengandung 16–18% protein untuk mendukung pertumbuhan. Contoh: Campuran dedak, bungkil kedelai, dan tetes tebu.
-
Suplemen: Mineral (kalsium, fosfor) dan garam untuk memperkuat tulang dan mendukung perkembangan ambing.
-
Air: Sediakan air bersih ad libitum (tanpa batas), minimal 20–30 liter/hari.
-
Tips: Hindari pakan berlebih untuk mencegah kegemukan, yang dapat menghambat reproduksi.
b. Perkandangan
-
Ukuran: 100 cm x 125 cm per ekor untuk sapi dara.
-
Kebersihan: Bersihkan kandang 1–2 kali sehari untuk mencegah penyakit kaki dan infeksi ambing.
-
Kenyamanan: Sediakan alas jerami atau karet untuk mencegah cedera pada kaki.
c. Kesehatan
-
Vaksinasi: Lanjutkan vaksinasi untuk penyakit seperti Brucellosis atau Foot-and-Mouth Disease (FMD).
-
Obat cacing: Berikan setiap 3–6 bulan.
-
Pemeriksaan Reproduksi: Amati tanda birahi pertama (umur 14–16 bulan), seperti gelisah, mengeluarkan lendir, atau menaiki sapi lain.
-
Masalah Umum: Pertumbuhan lambat akibat pakan berkualitas rendah atau infeksi parasit. Pastikan pakan cukup protein dan energi.
d. Persiapan Reproduksi
-
Umur Kawin: Sapi dara siap kawin pada umur 16–18 bulan dengan bobot badan minimal 230 kg (untuk sapi lokal seperti Bali) atau 300–350 kg (untuk Simental).
-
Tanda Birahi: Siklus birahi terjadi setiap 21 hari, ditandai dengan perilaku gelisah, lendir bening dari vulva, dan penurunan nafsu makan.
-
Kawin: Gunakan pejantan unggul atau inseminasi buatan (IB) untuk memastikan keturunan berkualitas. Hindari kawin terlalu dini (<14 bulan) karena dapat menyebabkan distokia atau produksi susu rendah.
4. Perawatan Sapi Dewasa (2–3 Tahun): Siap Produksi atau Jual
Sapi dianggap dewasa pada usia 2–3 tahun, siap untuk produksi susu (sapi perah), penggemukan (sapi potong), atau penjualan. Tahap ini fokus pada optimalisasi produktivitas dan kualitas daging/susu.
a. Sapi Perah
-
Pakan:
-
Hijauan: 20–30 kg/hari (rumput gajah, leguminosa).
-
Konsentrat: 4–6 kg/hari, mengandung 18–20% protein untuk mendukung produksi susu.
-
Suplemen: Mineral khusus sapi laktasi untuk mencegah kekurangan kalsium (milk fever).
-
-
Perkandangan:
-
Ukuran: 120 cm x 150 cm per ekor.
-
Kebersihan ambing: Cuci ambing sebelum dan sesudah pemerahan untuk mencegah mastitis.
-
-
Manajemen Laktasi:
-
Pemerahan: 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan teknik higienis.
-
Produksi susu puncak: Umur 4–6 tahun, lalu menurun seiring usia.
-
-
Kesehatan:
-
Vaksinasi rutin untuk Mastitis dan FMD.
-
Pemeriksaan ambing: Deteksi dini infeksi atau benjolan.
-
-
Reproduksi:
-
Kawin kembali 60–90 hari setelah melahirkan untuk menjaga siklus produksi.
-
b. Sapi Potong (Penggemukan)
-
Pemilihan Bakalan:
-
Umur: 2–2,5 tahun, dengan 1–2 pasang gigi tetap.
-
Ciri sehat: Mata tajam, bulu bersih, tubuh proporsional, tidak terlalu gemuk atau kurus.
-
Jenis: Sapi Bali, Ongole, atau Simental untuk pertumbuhan cepat dan daging berkualitas.
-
-
Pakan:
-
Hijauan: 10–15% bobot badan/hari (rumput, jerami padi, pucuk tebu).
-
Konsentrat: 2–3 kg/hari, mengandung 14–16% protein. Tambahkan molase untuk meningkatkan bobot.
-
Suplemen: Vitamin B dan mineral untuk efisiensi pakan.
-
-
Periode Penggemukan: 6–12 bulan hingga mencapai bobot 400–600 kg (tergantung jenis). Contoh: Sapi Bali dewasa mencapai 300–400 kg, Simental 800–1.150 kg.
-
Kandang:
-
Ukuran: 110 cm x 125 cm per ekor.
-
Kebersihan: Bersihkan kotoran 1–2 kali sehari. Mandikan sapi 1–2 hari sekali untuk mencegah stres.
-
-
Kesehatan:
-
Vaksinasi: FMD dan Anthrax.
-
Obat cacing: Setiap 3 bulan untuk mencegah parasit yang mengurangi efisiensi pakan.
-
-
Waktu Jual:
-
Ideal pada usia 3 tahun, saat bobot maksimal tercapai dan pertambahan bobot harian menurun.
-
Harga jual (estimasi 2025): Rp20–30 juta per ekor untuk sapi potong, tergantung bobot dan jenis.
-
c. Manajemen Reproduksi
-
Sapi Betina:
-
Lama bunting: 280–290 hari (sekitar 9,5 bulan).
-
Perawatan bunting: Tambah pakan berkualitas 3 bulan sebelum melahirkan untuk mendukung janin dan produksi susu.
-
Hindari stres: Jaga kandang nyaman dan hindari pemindahan mendadak.
-
-
Sapi Jantan: Gunakan untuk pejantan atau penggemukan. Jangan potong betina produktif untuk menjaga populasi.
5. Aspek Pendukung Perawatan
a. Kebersihan dan Sanitasi
-
Kandang: Bersihkan kotoran setiap hari untuk mencegah penyakit seperti Coccidiosis atau infeksi kaki.
-
Peralatan: Cuci ember pakan dan minum secara rutin.
-
Sapi: Mandikan sapi secara berkala dan sikat tubuh untuk menjaga kesehatan kulit.
b. Pengendalian Penyakit
-
Pencegahan:
-
Vaksinasi rutin sesuai jadwal dokter hewan.
-
Karantina sapi baru untuk mencegah penularan penyakit.
-
-
Pengobatan: Konsultasikan dengan dokter hewan untuk penyakit seperti diare, pneumonia, atau mastitis.
-
Suplemen: Gunakan suplemen organik (contoh: GDM Spesialis Peternakan) untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan bobot.
c. Manajemen Limbah
-
Kotoran sapi dapat diolah menjadi pupuk kandang atau biogas, menambah nilai ekonomi. Contoh: 5 ekor sapi menghasilkan 3.000 kg kotoran per bulan, bernilai Rp4,5 juta (Rp1.500/kg–
6. Tantangan dan Solusi
a. Tantangan
-
Penyakit Pedet: Diare dan infeksi pernapasan sering terjadi akibat sanitasi buruk atau kolostrum terlambat.
-
Kualitas Pakan: Pakan berkualitas rendah menghambat pertumbuhan.
-
Modal: Biaya awal untuk kandang, bibit, dan pakan cukup besar (estimasi Rp68,75 juta untuk 5 ekor sapi).
-
Kekurangan Bibit: Indonesia masih mengimpor sapi bakalan karena minimnya pembibitan intensif.
b. Solusi
-
Sanitasi Ketat: Pastikan kebersihan kandang dan pemberian kolostrum tepat waktu.
-
Pakan Lokal: Gunakan limbah pertanian (jerami, pucuk tebu) yang difermentasi untuk mengurangi biaya pakan.
-
Pembibitan: Pilih bibit unggul dari peternak lokal atau balai ternak (contoh: BET Cipelang).
-
Modal: Manfaatkan program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk peternakan.
7. Estimasi Keuntungan
-
Sapi Potong:
-
Modal awal (5 ekor, 6 bulan): Rp68,75 juta (kandang, bibit, pakan).
-
Pendapatan: Rp125 juta (penjualan sapi) + Rp4,5 juta (kotoran) = Rp129,5 juta.
-
Keuntungan: Rp60,75 juta per 6 bulan.
-
-
Sapi Perah:
-
Produksi susu: 10–20 liter/hari per ekor (harga Rp8.000/liter).
-
Keuntungan: Rp80.000–160.000/hari per ekor, tergantung manajemen.
-
-
Waktu Siap Jual: 2,5–3 tahun untuk sapi potong, 2 tahun untuk sapi perah mulai laktasi.
8. Tips Tambahan
-
Pilih Jenis Sapi:
-
Sapi Bali: Mudah beradaptasi, daging lembut, cocok untuk daerah tropis.
-
Simental/Limosin: Bobot besar, pertumbuhan cepat, cocok untuk penggemukan.
-
Friesian Holstein: Ideal untuk sapi perah dengan produksi susu tinggi.
-
-
Bergabung dengan Komunitas: Ikuti kelompok ternak atau pelatihan dari Dinas Peternakan untuk akses informasi dan teknologi.
-
Catat Umur: Gunakan catatan kelahiran atau periksa gigi untuk menentukan umur sapi, membantu perencanaan kawin dan penjualan.
-
Pasar: Jual sapi pada saat permintaan tinggi, seperti Idul Adha, untuk harga lebih baik.
Kesimpulan
Perawatan sapi dari lahir hingga dewasa membutuhkan manajemen yang terprogram, mulai dari pemberian kolostrum pada pedet, perkembangan rumen, hingga penggemukan atau produksi susu pada sapi dewasa. Dengan fokus pada pakan berkualitas, kesehatan, sanitasi, dan reproduksi, peternak dapat menghasilkan sapi yang sehat, produktif, dan bernilai jual tinggi. Meskipun menghadapi tantangan seperti biaya modal dan penyakit, solusi seperti pemanfaatan limbah pertanian, vaksinasi rutin, dan dukungan pemerintah dapat meningkatkan keberhasilan. Seperti dikatakan oleh seorang peternak di Bali, “Sapi yang dirawat dengan hati akan memberi hasil yang berlipat.” Dengan panduan ini, peternak dapat mengoptimalkan usaha ternak sapi, baik untuk produksi daging, susu, maupun penjualan, sambil mendukung ketahanan pangan nasional.
BACA JUGA: Suaka untuk Gajah: Konservasi, Perawatan, dan Tantangan dalam Melindungi Spesies Ikonik
BACA JUGA: Detail Planet Merkurius: Karakteristik, Struktur, dan Misteri Terkecil di Tata Surya
BACA JUGA: Cerita Rakyat Rusia: Sebuah Kisah yang Bersejarah dan Beragam