
pchotdeals.com, 3 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Beternak babi merupakan salah satu kegiatan agribisnis yang menjanjikan di berbagai wilayah Indonesia, terutama di daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua, di mana konsumsi daging babi tinggi dan memiliki nilai budaya. Namun, untuk mencapai hasil optimal, perawatan babi dari lahir hingga dewasa (siap produksi/jual) membutuhkan manajemen yang cermat, pengetahuan teknis, dan perhatian terhadap kesehatan, nutrisi, serta lingkungan. Artikel ini menyajikan panduan profesional, lengkap, dan rinci tentang perawatan babi dari usia 0 hari hingga siap dipasarkan (umumnya pada berat 90–115 kg atau usia 6–7 bulan), mencakup fase-fase penting, kebutuhan nutrisi, manajemen kandang, kesehatan, dan strategi untuk meminimalkan kerugian.
Latar Belakang Peternakan Babi 
Karakteristik Babi
Babi adalah ternak monogastrik (berlambung tunggal) yang dikenal karena:
-
Prolifik: Memiliki litter size besar (6–15 ekor per kelahiran, tergantung jenis).
-
Pertumbuhan Cepat: Mencapai berat pasar (90–115 kg) dalam 6–7 bulan.
-
Efisiensi Pakan: Mampu mengkonversi limbah pertanian (misalnya, ubi jalar, dedak) menjadi daging, meskipun memerlukan pakan berkualitas tinggi untuk hasil optimal.
-
Nilai Ekonomi: Selain daging, babi menghasilkan pupuk kandang dan memiliki nilai budaya di beberapa daerah (misalnya, adat di NTT).
Tantangan
-
Kematian Anak Babi: Hingga 80% kematian piglet terjadi karena tertindih induk atau kelaparan akibat produksi susu rendah.
-
Penyakit: Flu babi Afrika (ASF), hog cholera, dan infeksi bakteri seperti Mycoplasma meningkatkan risiko kerugian.
-
Biaya Pakan: Pakan menyumbang 60–70% biaya produksi, dengan harga pakan pabrikan (50 kg) mencapai Rp 1 juta di beberapa daerah.
-
Regulasi: Peternakan babi harus jauh dari pemukiman dan memenuhi izin lingkungan.
Fase-Fase Pemeliharaan Babi 
Pemeliharaan babi dibagi menjadi empat fase utama: farrowing (melahirkan dan menyusui), nursery (pasca-sapih hingga 15–27 kg), grower (27–50 kg), dan finisher (50–115 kg). Berikut adalah panduan perawatan untuk setiap fase.
1. Fase Farrowing (0–28 Hari)
Fase ini mencakup kelahiran hingga penyapihan, periode kritis dengan risiko kematian piglet tertinggi.
a. Persiapan Kandang Farrowing
-
Desain Kandang:
-
Ukuran: 3×3 m untuk 1 induk dan anak-anaknya.
-
Lantai miring (10–15 cm) dengan cor semen untuk memudahkan drainase dan mencegah genangan kotoran.
-
Sekat atau jeruji pelindung untuk mencegah piglet tertindih (80% kematian piglet disebabkan tertindih).
-
Atap setinggi 3 meter untuk sirkulasi udara.
-
Septik tank untuk limbah agar sesuai regulasi lingkungan.
-
-
Kebersihan: Semprot kandang dengan disinfektan sebelum induk masuk (7 hari sebelum melahirkan).
-
Suhu: Jaga suhu 28–30°C untuk piglet baru lahir, gunakan lampu pemanas jika diperlukan.
b. Manajemen Kelahiran
-
Persiapan Induk:
-
Pindahkan induk ke kandang farrowing 7 hari sebelum melahirkan untuk adaptasi.
-
Berikan pakan laktasi (protein 16–18%) untuk mendukung produksi susu.
-
Amati tanda kelahiran: gelisah, sering kencing, kontraksi rahim, perut turun.
-
-
Proses Kelahiran:
-
Idealnya, induk melahirkan sendiri, tetapi tenaga kandang harus siaga untuk membantu jika ada distosia (kesulitan melahirkan).
-
Pastikan piglet mendapatkan kolostrum dalam 2–3 hari pertama, karena mengandung antibodi maternal. Kolostrum hanya tersedia 48–72 jam setelah kelahiran.
-
Bersihkan piglet dari lendir dan keringkan untuk mencegah hipotermia.
-
-
Perawatan Piglet:
-
Potong tali pusar 2–3 cm dari perut, desinfeksi dengan iodin.
-
Berikan suntikan zat besi (1–2 ml) pada hari ke-3 untuk mencegah anemia.
-
Castrasi (opsional) pada hari ke-7 untuk babi jantan yang tidak dijadikan pejantan.
-
Bantu piglet kecil menemukan puting induk untuk mencegah kelaparan.
-
c. Nutrisi dan Pakan
-
Induk: Berikan pakan laktasi 2–3 kali sehari (4–6 kg/hari) dengan protein 16–18% untuk mendukung produksi susu. Tambahkan air bersih ad libitum (20–30 liter/hari).
-
Piglet: Mulai kenalkan pakan padat (creep feed, protein 20–22%) pada usia 10–14 hari untuk merangsang perkembangan rumen dan mengurangi stres sapih.
-
Susu Tambahan: Jika produksi susu induk rendah, berikan susu pengganti (dilarutkan dalam pakan kering) untuk menjaga vili usus piglet.
d. Kesehatan
-
Vaksinasi: Vaksin hog cholera, Mycoplasma, atau PCV2 sesuai patogen di kandang. Konsultasikan dengan dokter hewan untuk program vaksinasi.
-
Biosekuriti: Batasi akses orang luar, gunakan sepatu khusus kandang, dan desinfeksi peralatan.
-
Tanda Masalah: Piglet lemas, diare, atau tidak menyusu harus segera ditangani. Kematian pasca-sapih di Indonesia masih tinggi karena biosekuriti lemah.
e. Target
-
Berat sapih: 6–8 kg pada usia 21–28 hari.
-
Litter size bertahan: 8–12 ekor (dari 10–15 ekor lahir).
-
Mortalitas: <10% dengan manajemen baik.
2. Fase Nursery (28 Hari–8 Minggu, 6–27 kg) 
Fase ini adalah transisi dari susu induk ke pakan padat, periode kritis karena stres sapih.
a. Manajemen Kandang
-
Desain Kandang:
-
Ukuran: 15 m² untuk 10–15 piglet.
-
Lantai cor semen dengan drainase baik, hindari genangan.
-
Suhu: 26–28°C, gunakan ventilasi alami atau kipas.
-
-
Kelompok: Pisahkan piglet berdasarkan ukuran untuk mencegah kompetisi pakan.
-
Kebersihan: Bersihkan kandang setiap hari, semprot disinfektan seminggu sekali.
b. Nutrisi dan Pakan
-
Pakan:
-
Gunakan pakan weaner (protein 18–20%, serat kasar <5%) untuk mendukung pertumbuhan vili usus.
-
Contoh bahan: Jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak padi.
-
Berikan pakan 3–4 kali sehari, total 0.5–1 kg/ekor/hari.
-
Jangan irit pakan weaner (biaya hanya 2% dari total pakan hingga panen).
-
-
Air: Sediakan air bersih ad libitum (3–5 liter/ekor/hari) dalam bak yang dipancang ke tanah.
-
Suplemen: Tambahkan probiotik atau vitamin B-kompleks untuk meningkatkan daya tahan.
c. Kesehatan
-
Vaksinasi: Lanjutkan program vaksinasi (misalnya, Mycoplasma atau PRRS) sesuai rekomendasi dokter hewan.
-
Pemantauan: Periksa tanda diare, batuk, atau penurunan nafsu makan. Diare sering terjadi akibat perubahan pakan.
-
Biosekuriti: Jaga kebersihan pakan dan air untuk mencegah infeksi bakteri seperti E. coli.
d. Target
-
Berat akhir: 15–27 kg pada usia 8 minggu.
-
Kenaikan berat harian (ADG): 300–400 gram/hari.
-
Mortalitas: <5%.
3. Fase Grower (8–16 Minggu, 27–50 kg) 
Fase ini fokus pada pertumbuhan otot dan tulang sebelum penggemukan.
a. Manajemen Kandang
-
Desain Kandang:
-
Ukuran: 3×5 m untuk 10 babi.
-
Pastikan ventilasi baik untuk mencegah stres panas.
-
-
Kebersihan: Mandikan babi setiap pagi dengan semprotan air untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan.
b. Nutrisi dan Pakan
-
Pakan:
-
Gunakan pakan grower (protein 16–18%, serat kasar <5%) untuk mendukung pertumbuhan.
-
Contoh: Jagung (40%), bungkil kedelai, dedak padi, minyak nabati.
-
Total pakan: 1.5–2 kg/ekor/hari, diberikan 2–3 kali sehari.
-
Tambahkan pakan lokal seperti kangkung, daun pisang, atau ubi jalar untuk mengurangi biaya (maksimal 30% dari ransum).
-
-
Air: 7.5–10 liter/ekor/hari dalam bak kokoh.
c. Kesehatan
-
Vaksinasi: Periksa status vaksinasi, tambahkan booster jika diperlukan.
-
Pencegahan Parasit: Berikan obat cacing (misalnya, ivermectin) setiap 2 bulan.
-
Pemantauan: Perhatikan tanda flu babi Afrika (demam, diare berdarah). Segera isolasi babi sakit dan laporkan ke dinas peternakan.
d. Target
-
Berat akhir: 50 kg pada usia 16 minggu.
-
ADG: 400–500 gram/hari.
-
Mortalitas: <3%.
4. Fase Finisher (16–24 Minggu, 50–115 kg) 
Fase ini adalah penggemukan akhir sebelum babi siap dijual.
a. Manajemen Kandang
-
Desain Kandang:
-
Ukuran: 15 m² untuk 8–10 babi untuk mencegah stres akibat kepadatan.
-
Pastikan kandang kering dan jauh dari sumber air untuk mencegah infeksi kaki.
-
-
Kebersihan: Bersihkan kotoran 2 kali sehari, semprot kandang seminggu sekali.
b. Nutrisi dan Pakan
-
Pakan:
-
Gunakan pakan finisher (protein 13–14%, serat kasar <5%).
-
Contoh: Jagung, pollard, tepung ikan, bungkil kedelai.
-
Total pakan: 2.5–3 kg/ekor/hari, diberikan 2 kali sehari.
-
Tambahkan pakan lokal (misalnya, ampas tahu, labu kuning) untuk efisiensi biaya.
-
-
Air: 10–15 liter/ekor/hari.
-
Suplemen: Tambahkan mineral (kalsium, fosfor) untuk memperkuat tulang.
c. Kesehatan
-
Pemantauan: Periksa tanda penyakit pernapasan atau kulit. Infeksi kulit sering terjadi akibat kandang kotor.
-
Biosekuriti: Tingkatkan pengawasan karena babi dewasa rentan terhadap ASF.
-
Pemeriksaan Akhir: Pastikan babi sehat sebelum dijual (tanpa luka, berat ideal, bulu mengkilap).
d. Target
-
Berat pasar: 90–115 kg pada usia 6–7 bulan.
-
ADG: 500–600 gram/hari.
-
Mortalitas: <2%.
-
Kualitas karkas: Daging padat, kandungan air rendah.
Strategi Umum untuk Keberhasilan 
1. Manajemen Pakan
-
Efisiensi: Gunakan pakan pabrikan (misalnya, De Heus) untuk hasil optimal, tetapi campur dengan bahan lokal (kangkung, dedak) untuk menekan biaya.
-
Kualitas: Pastikan pakan mengandung protein, energi, mineral, dan vitamin sesuai fase (Tabel 1b, NRC 1988).
-
Jadwal: Berikan pakan secara teratur (2–3 kali sehari) untuk mencegah stres dan meningkatkan konversi pakan.
2. Biosekuriti dan Kesehatan
-
Vaksinasi: Konsultasikan dengan dokter hewan untuk vaksin hog cholera, Mycoplasma, PCV2, PRRS, atau Glasser’s disease.
-
Desinfeksi: Semprot kandang dengan disinfektan (misalnya, Virkon) seminggu sekali.
-
Karantina: Isolasi babi baru selama 2–4 minggu untuk mencegah penularan penyakit.
-
Pemantauan: Catat pertumbuhan, kesehatan, dan kematian harian untuk evaluasi.
3. Manajemen Reproduksi
-
Pemilihan Induk: Pilih induk sehat (umur 8 bulan, estrus ke-2 atau ke-3) dari ras produktif seperti Duroc atau Landrace. Duroc dapat melahirkan hingga 15 ekor, tetapi perlu pengawasan ketat karena sering memakan anaknya.
-
Kawin: Kawinkan induk 3–7 hari pasca-sapih (masa estrus). Masa bunting 114 hari (3 bulan, 3 minggu, 3 hari).
-
Target Reproduksi: 2.3–2.5 kelahiran per tahun dengan penyapihan 21–28 hari.
4. Kandang dan Lingkungan
-
Lokasi: Jauh dari pemukiman, dekat saluran air untuk limbah, dan aman dari predator.
-
Izin: Dapatkan izin dari Dinas Pertanian setempat sesuai Peraturan Menteri Pertanian.
-
Keamanan: Gunakan papan lebar (75×120 cm) untuk mengarahkan babi dan melindungi peternak dari serangan.
5. Pemasaran
-
Waktu Jual: Jual babi pada berat 90–115 kg untuk harga optimal (Rp 31.591/kg di Bali, Januari 2024).
-
Pasar: Jual ke rumah jagal, pelelangan ternak, atau pembeli individu.
-
Kualitas: Pastikan babi sehat, bebas luka, dan memiliki karkas padat untuk nilai jual tinggi.
Studi Kasus: Peternakan Babi di Bali
Latar Belakang: I Wayan Budiarsa, peternak di Tabanan, Bali, mengelola peternakan babi warisan sejak 1995 dengan 10 induk.
-
Strategi:
-
Menggunakan pakan pabrikan 100% untuk kualitas karkas yang padat dan kandungan air rendah.
-
Mengelola siklus produksi sendiri (dari induk hingga penggemukan) untuk efisiensi pakan dan prediksi waktu jual.
-
Menargetkan penjualan tidak hanya pada hari raya, tetapi berdasarkan umur dan berat optimal.
-
-
Hasil: Harga jual stabil (Rp 33.000/kg pada puncaknya), keuntungan meningkat karena efisiensi pakan dan manajemen kesehatan.
Tantangan dan Solusi
-
Kematian Piglet:
-
Tantangan: Tertindih induk, kelaparan, atau infeksi.
-
Solusi: Gunakan kandang farrowing dengan sekat, pastikan kolostrum tersedia, dan vaksinasi dini.
-
-
Biaya Pakan:
-
Tantangan: Harga pakan pabrikan mahal, fluktuasi harga bahan baku.
-
Solusi: Campur pakan pabrikan dengan bahan lokal (kangkung, labu) hingga 30%, gunakan suplemen organik seperti GDM.
-
-
Penyakit:
-
Tantangan: Flu babi Afrika menyebabkan kerugian besar di NTT pada 2021.
-
Solusi: Tingkatkan biosekuriti, vaksinasi rutin, dan laporkan kasus penyakit ke dinas peternakan.
-
-
Regulasi Lingkungan:
-
Tantangan: Limbah kandang dapat mencemari lingkungan.
-
Solusi: Bangun septik tank, kelola limbah menjadi pupuk organik, dan patuhi izin lingkungan.
-
Kesimpulan
Perawatan babi dari 0 hari hingga dewasa siap produksi/jual adalah proses yang membutuhkan perencanaan matang dan manajemen intensif. Dengan fokus pada fase farrowing (0–28 hari) untuk meminimalkan kematian piglet, fase nursery (28 hari–8 minggu) untuk transisi pakan, fase grower (8–16 minggu) untuk pertumbuhan, dan fase finisher (16–24 minggu) untuk penggemukan, peternak dapat mencapai berat pasar 90–115 kg dalam 6–7 bulan dengan kualitas karkas optimal. Kunci sukses meliputi:
-
Nutrisi: Pakan berkualitas tinggi sesuai fase (protein 13–20%) dan suplementasi bahan lokal untuk efisiensi.
-
Kesehatan: Vaksinasi, biosekuriti ketat, dan pemantauan rutin untuk mencegah penyakit seperti ASF.
-
Kandang: Desain kandang yang bersih, berventilasi baik, dan sesuai regulasi lingkungan.
-
Reproduksi: Manajemen induk untuk mencapai 2.3–2.5 kelahiran per tahun.
-
Pemasaran: Jual pada berat optimal ke rumah jagal atau pelelangan untuk harga terbaik.
Meskipun menghadapi tantangan seperti biaya pakan, penyakit, dan regulasi, strategi seperti penggunaan pakan lokal, biosekuriti ketat, dan keterlibatan dengan dinas peternakan dapat meminimalkan risiko. Dengan pendekatan yang tepat, peternakan babi dapat menjadi bisnis yang menguntungkan, mendukung kebutuhan pasar domestik, dan bahkan mengurangi ketergantungan pada impor daging babi. Peternakan babi juga memiliki nilai budaya di daerah seperti Bali dan NTT, menjadikannya tidak hanya usaha ekonomi tetapi juga pelestarian tradisi.
BACA JUGA: Sanctuary untuk Harimau: Konservasi dan Rehabilitasi
BACA JUGA: Planet-Planet di Tata Surya: Pertinjauan Lengkap
BACA JUGA: Cerita Rakyat Amerika: Sebuah Kisah Yang Bersejarah Dan Beragam