Pembibitan hingga Produksi Ikan Kuwe: Proses Detail, Akurat, dan Terpercaya

Pembibitan hingga Produksi Ikan Kuwe: Proses Detail, Akurat, dan Terpercaya

pchotdeals.com, 06 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88  

 

Budidaya Ikan Kuwe yang Digemari Masyarakat Pesisir | Dinas Ketahanan  Pangan dan Perikanan    

Ikan kuwe, yang dikenal secara lokal di Maluku sebagai ikan bubara, adalah spesies ikan laut pelagis dari famili Carangidae yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena dagingnya yang lezat, tekstur lembut, dan kaya protein. Spesies utama yang sering dibudidayakan di Indonesia termasuk Caranx ignobilis (kuwe gerong), Caranx sexfasciatus (kuwe tengkek), dan Seriola dumerili (kuwe batu). Dengan permintaan pasar yang tinggi, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, budidaya ikan kuwe menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Artikel ini menyajikan panduan mendalam, akurat, dan terpercaya tentang proses pembibitan hingga produksi ikan kuwe, berdasarkan informasi dari sumber resmi seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, dan literatur otomotif seperti Pertanianku dan Aquatec. Artikel ini mencakup tahapan pembibitan, pemeliharaan, pembesaran, hingga panen, serta tantangan dan solusi dalam budidaya ikan kuwe.

Karakteristik Ikan Kuwe

    Budidaya Ikan Bubara, untuk Pasok Pasar Lokal dan Ekspor, Moment Update  -Trobos Aqua.com    

Ikan kuwe adalah ikan predator pelagis yang hidup di perairan dangkal, terumbu karang, dan batu karang, dengan kedalaman hingga 100–160 meter. Ciri fisiknya meliputi tubuh pipih, lonjong, dan terkompresi secara lateral, dengan panjang rata-rata 85–120 cm dan berat hingga 18–80 kg, tergantung spesies. Warna tubuh bervariasi dari keperakan hingga biru keabu-abuan di bagian atas dan putih keperakan di bagian bawah, dengan sisik sikloid halus. Ikan kuwe adalah karnivor oportunistik, memakan ikan kecil, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Keunggulan ikan ini dalam budidaya meliputi:

  • Laju Pertumbuhan Cepat: Mencapai ukuran konsumsi (300–400 gram) dalam 5–6 bulan.

  • Tahan Penyakit: Tingkat kelangsungan hidup hingga 90%.

  • Efisiensi Pakan: Konversi pakan yang baik, mendukung budidaya intensif.

  • Permintaan Pasar Tinggi: Harga stabil, misalnya Rp 65.000–80.000 per kg di Ambon untuk ukuran 2–3 ekor per kg.

Tahapan Pembibitan Ikan Kuwe

 

Kembangkan SFV, Serahkan 10.500 Bibit Ikan Kuwe untuk Perekonomian Budidaya  Perikanan | pingintau.id

 

Pembibitan ikan kuwe adalah proses awal yang kritis untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi. Berikut adalah tahapan utama dalam pembibitan, berdasarkan praktik di BPBL Ambon:

1. Seleksi dan Pemeliharaan Induk

  • Kriteria Induk: Induk ikan kuwe dipilih berdasarkan kesehatan, ukuran (umumnya 3–5 kg untuk dewasa), dan kematangan seksual (dicapai pada panjang 60–85 cm, usia 3–5 tahun). Induk jantan dan betina dipisahkan berdasarkan warna tubuh (jantan sering lebih gelap pada Caranx ignobilis).

  • Pemeliharaan Induk: Induk dipelihara di bak terkontrol atau keramba jaring apung (KJA) dengan kualitas air optimal (suhu 26–30°C, salinitas 30–35 ppt, pH 7–8). Pakan berupa ikan rucah atau pelet berkadar protein tinggi (25–30%) diberikan 2–3 kali sehari.

  • Stimulasi Pemijahan: BPBL Ambon menggunakan suntikan hormon (seperti GnRH atau LHRH-a) untuk merangsang pemijahan secara teratur. Proses ini meningkatkan frekuensi dan jumlah telur yang dihasilkan.

2. Pemijahan dan Penetasan

  • Pemijahan: Pemijahan terjadi dalam kelompok besar, biasanya antara Juli dan Maret, tergantung wilayah. Induk betina menghasilkan telur yang dibuahi secara eksternal oleh jantan di bak pemijahan.

  • Penetasan: Telur menetas dalam 24–36 jam pada suhu optimal. Larva yang baru menetas (panjang 2–3 mm) sangat rentan dan memerlukan lingkungan terkontrol dengan sirkulasi air yang baik dan pakan alami seperti rotifera atau copepoda.

  • Produksi Benih: BPBL Ambon melaporkan kapasitas produksi 50.000 benih per siklus (3 bulan) dengan ukuran benih 5 cm. Pada 2020, mereka memproduksi 149 ekor calon induk dan mendistribusikan 23.000 benih ke pembudidaya di Ambon, Tual, Ternate, dan Jakarta.

3. Pemeliharaan Larva

  • Fase Awal: Larva dipelihara di bak terkontrol dengan kepadatan rendah (10–20 ekor/liter) untuk mencegah stres. Pakan alami seperti fitoplankton (Chlorella sp.) dan zooplankton diberikan hingga larva berusia 10–14 hari.

  • Transisi Pakan: Setelah 14 hari, larva mulai diberi pakan buatan (mikropartikel atau pelet halus) untuk meningkatkan pertumbuhan. Kualitas air dijaga dengan penggantian air 20–30% per hari dan aerasi konstan.

  • Seleksi Benih: Pada usia 30–45 hari, benih disortir menggunakan alat sortir untuk memastikan keseragaman ukuran (5–7 cm). Benih yang sehat memiliki gerakan lincah, tidak cacat, dan responsif terhadap arus air.

Tahapan Pembesaran Ikan Kuwe

  Aquatec | Keramba Jaring Apung, Dermaga Apung dan Perahu HDPE    

Setelah benih mencapai ukuran 5–7 cm, mereka dipindahkan ke fasilitas pembesaran, yang biasanya menggunakan sistem keramba jaring apung (KJA) di teluk terlindung seperti Teluk Ambon atau Teluk Kotania, Maluku. Berikut adalah tahapan pembesaran:

1. Penyiapan Sarana Produksi

  • Keramba Jaring Apung (KJA): KJA berbahan HDPE (seperti merek Aquatec) digunakan karena tahan terhadap biofouling dan korosi air laut. Ukuran KJA bervariasi, misalnya diameter 35–50 meter, dengan kedalaman jaring 5–10 meter.

  • Kualitas Air: Parameter air harus optimal: suhu 26–30°C, salinitas 30–35 ppt, pH 7–8, dan kadar oksigen terlarut minimal 5 mg/l. Lokasi seperti Maluku dipilih karena pergantian massa air yang baik dan perlindungan dari ombak.

  • Peralatan Pendukung: Seser untuk panen, penggaris untuk mengukur panjang benih, dan alat sortir untuk seleksi ukuran.

2. Penebaran Benih

 

11 Kelompok Budidaya Di Ambon Terima Bantuan Benih Ikan | MalukuTerkini.com

 

  • Kepadatan: Kepadatan tebar sekitar 15–17 ribu benih per KJA untuk memastikan tingkat kelangsungan hidup tinggi (90%). Kepadatan berlebih dapat menyebabkan stres dan penyakit.

  • Penyesuaian Suhu: Sebelum ditebar, benih diaklimatisasi dengan memasukkan wadah (ember/jeriken) ke dalam KJA selama 15–20 menit untuk menyamakan suhu air.

  • Ukuran Benih: Benih berukuran 5–7 cm dipilih untuk memastikan pertumbuhan seragam selama 5–6 bulan.

3. Pemberian Pakan

  • Jenis Pakan:

  • Efisiensi Pakan: Ikan kuwe memiliki rasio konversi pakan (FCR) yang baik, sekitar 1,5–2,0, artinya 1,5–2 kg pakan menghasilkan 1 kg daging.

  • Manajemen Pakan: Pemberian pakan berlebih harus dihindari untuk mencegah penurunan kualitas air dan penyakit seperti infeksi bakteri Vibrio.

4. Pemeliharaan dan Pemantauan

  • Kualitas Air: Penggantian air tidak diperlukan pada KJA karena aliran air laut alami, tetapi pembersihan jaring dari biofouling (lumut, kerang) dilakukan setiap 2–4 minggu.

  • Pemantauan Kesehatan: Ikan dipantau untuk tanda-tanda penyakit, seperti lesu, luka, atau perubahan warna. Pemberian probiotik atau vitamin C dalam pakan dapat meningkatkan imunitas.

  • Penyortiran: Setiap 2 bulan, ikan disortir untuk memisahkan ukuran yang berbeda, mencegah kanibalisme dan memastikan pertumbuhan seragam.

5. Panen

  • Waktu Panen: Ikan kuwe dipanen setelah 5–6 bulan, saat mencapai ukuran konsumsi 300–400 gram (2–3 ekor per kg). Beberapa pembudidaya memelihara hingga 7–8 bulan untuk ukuran lebih besar (500–800 gram).

  • Teknik Panen: Menggunakan seser untuk menangkap ikan dari KJA. Ikan ditangkap pada pagi hari untuk menjaga kesegaran.

  • Hasil Produksi: Satu siklus KJA dengan 15–17 ribu benih dapat menghasilkan omzet Rp 100 juta, dengan harga jual Rp 65.000–80.000 per kg di Ambon.

Fitur Teknologi dan Inovasi

Budidaya ikan kuwe telah didukung oleh inovasi teknologi, terutama oleh BPBL Ambon dan perusahaan seperti Aquatec:

  • Keramba HDPE Anti-Biofouling: Aquatec menggunakan pipa HDPE dengan lapisan anti-UV dan anti-biofouling, mengurangi frekuensi pembersihan jaring.

  • Hormon untuk Pemijahan: Suntikan hormon meningkatkan produksi telur hingga 600.000 benih per tahun (target BPBL Ambon 2018).

  • Sistem Minapolitan: Teluk Kotania, Maluku, dikembangkan sebagai kawasan minapolitan budidaya, mendukung produksi massal ikan kuwe.

  • Pakan Alternatif: Penelitian sedang dilakukan untuk mengembangkan pelet berbasis bahan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada ikan rucah.

Tantangan dalam Budidaya Ikan Kuwe

Meskipun menjanjikan, budidaya ikan kuwe menghadapi beberapa tantangan:

  • Ketersediaan Benih: Produksi benih masih terbatas di beberapa daerah, meskipun BPBL Ambon telah meningkatkan kapasitas.

  • Biaya Operasional: Investasi awal untuk KJA HDPE dan pakan berkualitas tinggi cukup besar.

  • Kualitas Air: Polusi air dari limbah industri atau pariwisata dapat memengaruhi pertumbuhan ikan.

  • Penyakit: Infeksi bakteri seperti Vibrio atau parasit dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup jika tidak dikelola dengan baik.

  • Persaingan Pasar: Ikan kuwe hasil tangkapan alam masih mendominasi pasar di beberapa daerah, menekan harga ikan budidaya.

Solusi dan Rekomendasi

  • Peningkatan Produksi Benih: Pemerintah dan BPBL perlu memperluas fasilitas pembenihan dan mendistribusikan benih ke daerah lain seperti Sumatra dan Jawa.

  • Jejaring Pasar: Membentuk jejaring pasar yang solid untuk memastikan informasi kebutuhan pasar selalu terbaru, seperti yang disarankan oleh Rochman dari BPBL Ambon.

  • Promosi: Meningkatkan promosi keunggulan ikan kuwe, seperti nilai gizi dan kelezatan, untuk menarik pasar nasional dan internasional.

  • Manajemen Lingkungan: Mengintegrasikan budidaya dengan vegetasi mangrove untuk mengolah limbah pakan, seperti yang dilakukan pada budidaya udang di tambak.

  • Pelatihan Pembudidaya: Memberikan pelatihan tentang manajemen pakan, kesehatan ikan, dan teknologi KJA kepada pembudidaya lokal.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Budidaya ikan kuwe memberikan dampak signifikan:

  • Ekonomi: Di Ambon, kelompok pembudidaya seperti Waiheru Sejahtera menghasilkan omzet Rp 100 juta per siklus, mendukung pendapatan 10 anggota kelompok. Harga jual yang stabil (tidak terdampak pandemi COVID-19) menjadikan kuwe komoditas yang menjanjikan.

  • Sosial: Budidaya ikan kuwe mendukung nelayan lokal dan ekonomi pesisir, mengurangi ketergantungan pada penangkapan liar yang dapat merusak ekosistem.

  • Lingkungan: Dengan pengelolaan yang baik, budidaya kuwe di KJA lebih ramah lingkungan dibandingkan penangkapan liar, karena mengurangi tekanan pada populasi ikan di alam.

Kesimpulan

Pembibitan hingga produksi ikan kuwe adalah proses yang kompleks namun menguntungkan, melibatkan tahapan seleksi induk, pemijahan, pemeliharaan larva, pembesaran di KJA, dan panen. Dengan laju pertumbuhan cepat, tahan penyakit, dan permintaan pasar yang tinggi, ikan kuwe menawarkan peluang ekonomi besar bagi pembudidaya, terutama di wilayah seperti Maluku yang memiliki kondisi perairan ideal. Inovasi teknologi seperti KJA HDPE dan hormon pemijahan telah meningkatkan efisiensi produksi, meskipun tantangan seperti ketersediaan benih dan biaya operasional masih perlu diatasi. Dengan dukungan pemerintah, pelatihan, dan promosi pasar, budidaya ikan kuwe dapat menjadi pilar ekonomi pesisir yang berkelanjutan. Untuk informasi lebih lanjut, sumber seperti situs KKP, Pertanianku, dan Aquatec dapat memberikan wawasan tambahan.

Sumber:

BACA JUGA: Seni dan Tradisi Negara Palau: Warisan Budaya Mikronesia yang Kaya

BACA JUGA: Letak Geografis dan Fisik Alami Negara Seychelles

BACA JUGA: Kampanye Publik: Strategi, Implementasi, dan Dampak dalam Mendorong Perubahan Sosial