Pembibitan sampai Produksi Ikan Kakap Putih: Panduan Lengkap

Pembibitan sampai Produksi Ikan Kakap Putih: Panduan Lengkap

pchotdeals.com, 31 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88 Panduan Cara Budidaya Ikan Kakap untuk Pemula, Lengkap!

Ikan kakap putih (Lates calcarifer), yang dikenal juga sebagai barramundi, Asian seabass, atau giant perch, adalah salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang besar, baik di Indonesia maupun secara global. Dengan daging putih yang tebal, sedikit tulang, dan cita rasa gurih, kakap putih menjadi pilihan populer untuk konsumsi lokal dan ekspor ke pasar seperti Timur Tengah, Eropa, Australia, dan Amerika Serikat. Budidaya kakap putih telah berkembang pesat di Asia Tenggara sejak tahun 1970-an, terutama di Indonesia, karena kemampuan adaptasinya terhadap berbagai salinitas (euryhaline), pertumbuhan cepat, dan kemudahan dalam pembenihan. Artikel ini menyajikan panduan lengkap dan terpercaya tentang proses pembibitan hingga produksi ikan kakap putih, berdasarkan sumber resmi seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia, jurnal ilmiah, dan laporan industri perikanan.

Karakteristik Ikan Kakap Putih

Ikan kakap putih adalah spesies predator oportunistik yang memangsa udang dan ikan kecil. Ia memiliki tubuh memanjang, agak pipih, dengan warna putih keperakan, terutama di bagian perut, dan dapat mencapai panjang hingga 170 cm serta berat lebih dari 50 kg. Kakap putih bersifat euryhaline, mampu hidup di air tawar, payau, dan laut, mulai dari sungai, muara, hingga perairan pesisir. Distribusinya mencakup wilayah Indo-Pasifik, termasuk Indonesia, Australia, Filipina, Thailand, dan India.

Kakap putih memiliki tingkat kesuburan tinggi; satu ekor betina (panjang 120 cm) dapat menghasilkan 30–40 juta telur per musim pemijahan. Pertumbuhannya cepat, memungkinkan panen dalam waktu 6–7 bulan dengan berat konsumsi 500 gram hingga 3 kg. Karena kemampuan adaptasinya terhadap kepadatan tinggi dan pakan pelet, kakap putih menjadi kandidat ideal untuk budidaya intensif.

Proses Pembibitan Ikan Kakap Putih Bantuan Benih Ikan Kakap Putih Baru Mencapai 54,98 Persen

Pembibitan (hatchery) adalah tahap awal dalam budidaya kakap putih, yang mencakup pemijahan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva hingga menjadi benih siap tebar. Berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Pemilihan dan Pemeliharaan Induk

  • Kriteria Induk: Induk kakap putih harus sehat, bebas dari luka atau penyakit, dan memiliki kualitas sperma/telur yang baik. Induk jantan ideal berumur 2–2,5 tahun, sedangkan betina 3–4 tahun. Berat induk betina bisa mencapai 20–40 kg, sementara jantan 3–10 kg.

  • Pemeliharaan Induk: Induk dipelihara di kandang jaring apung (KJA), tangki beton, atau tangki fiberglass dengan sistem resirkulasi untuk menjaga kualitas air. Pakan yang diberikan meliputi ikan rucah segar (seperti selar atau tanjan), cumi-cumi, pelet berprotein tinggi (30–40%), dan suplemen vitamin C, E, serta multivitamin dengan dosis 3% dari berat badan.

  • Seleksi Induk: Sebelum pemijahan, induk jantan diseleksi melalui striping (pemeriksaan sperma), sedangkan betina melalui kanulasi untuk memastikan kualitas telur.

2. Pemijahan Benih Ikan / Bibit Ikan Kakap Putih (Air Asin / Payau)

  • Waktu Pemijahan: Pemijahan alami kakap putih bervariasi berdasarkan wilayah. Di Indonesia, pemijahan sering terjadi pada musim hujan (Agustus–Oktober), ditandai dengan percikan keras di permukaan air selama 4–5 malam berturut-turut. Pemijahan terjadi di muara sungai atau hilir dengan salinitas rendah (20–30 ppt).

  • Proses: Pemijahan dilakukan secara alami atau dengan rangsangan hormonal. Telur dan sperma dilepaskan ke air, terjadi pembuahan eksternal. Telur berdiameter 0,74–0,8 mm dan dikumpulkan dengan jaring halus untuk dimasukkan ke tangki penetasan.

  • Faktor Lingkungan: Kualitas air sangat penting, dengan parameter ideal: salinitas 20–30 ppt, pH 7,5–8,5, oksigen terlarut >5 mg/L, suhu 27–30°C, serta kadar amonia dan nitrit rendah.

3. Penetasan Telur

  • Seleksi Telur: Telur yang baik berwarna transparan, mengapung/melayang, berbentuk bulat, dengan kuning telur di tengah. Telur berkualitas buruk (berwarna putih susu, mengendap) dipisahkan. Kepadatan telur dalam bak penetasan adalah 200–300 butir/liter.

  • Proses Penetasan: Telur ditetaskan dalam bak fiberglass berbentuk konis. Penetasan terjadi dalam 12–17 jam setelah pembuahan pada suhu optimal 28°C. Larva yang baru menetas memiliki cadangan kuning telur yang habis dalam 50 jam. Mulut dan usus larva berkembang pada hari kedua, dan mereka mulai makan setelah 45–50 jam.

4. Pemeliharaan Larva

  • Sistem Pemeliharaan: Larva dipelihara dalam green water system (air kaya fitoplankton) di tangki beton melingkar/persegi panjang (kapasitas hingga 26 m³). Populasi zooplankton harus cukup untuk mendukung perkembangan larva.

  • Pakan Awal: Larva diberi pakan alami seperti rotifer (hari ke-2 hingga ke-15), copepod, dan Artemia nauplii (hari ke-10 hingga ke-20). Setelah 15–20 hari, larva mulai disapih dengan pelet mikro (diameter 0,2–0,5 mm).

  • Tingkat Kelangsungan Hidup: Kelangsungan hidup larva bervariasi dari 0–90%, dengan rata-rata 20%. Dengan teknologi resirkulasi, seperti yang diterapkan di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, tingkat kelangsungan hidup dapat mencapai 30%.

  • Pendederan: Larva dipelihara hingga mencapai ukuran 25 mm (sekitar 30–45 hari), kemudian dipindahkan ke tangki pendederan untuk menjadi benih siap tebar (ukuran 5–7 cm).

5. Pengangkutan Benih

Benih diangkut dengan sistem basah-tertutup menggunakan kantong plastik berisi air dengan oksigen murni. Suhu air dipertahankan pada 25–27°C, dan kepadatan benih disesuaikan untuk mencegah stres (misalnya, 500–1.000 benih per 10 liter air).

Proses Pembesaran Ikan Kakap Putih Said Hasyim Tabur 100 Ribu Ekor Benih Kakap Putih

Setelah pembibitan, benih kakap putih dipindahkan ke media pembesaran seperti tambak, keramba jaring apung (KJA), atau kolam intensif. Berikut adalah tahapan pembesaran:

1. Persiapan Media Budidaya

  • Tambak Semi-Intensif: Tambak disiapkan dengan pembersihan, pengeringan, dan pengapuran untuk menetralkan pH tanah (7–8). Kualitas air dijaga dengan salinitas 15–30 ppt, suhu 26–30°C, dan oksigen terlarut >4 mg/L. Tambak dilengkapi sistem aerasi dan saluran irigasi.

  • Keramba Jaring Apung (KJA): KJA terbuat dari bahan HDPE dengan jaring tanpa simpul (knotless) untuk mencegah luka pada ikan. KJA Aquatec, misalnya, tahan ombak hingga 3 meter dan ramah lingkungan. KJA ditempatkan di perairan laut atau muara dengan arus sedang untuk sirkulasi air.

  • Kualitas Air: Parameter seperti salinitas, pH, suhu, amonia, dan nitrit dipantau secara rutin. Degradasi kualitas air akibat limbah rumah tangga atau industri dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup.

2. Penebaran Benih KKP Genjot Budidaya Ikan Kakap Putih untuk Pasar Ekspor - Tribunjateng.com

  • Ukuran Benih: Benih berukuran 5–7 cm ditebar setelah aklimatisasi untuk menyesuaikan salinitas dan suhu.

  • Kepadatan Tebar:

    • Tambak: 10–20 benih/m².

    • KJA: 50–100 benih/m³ pada tahap awal, dikurangi menjadi 20–30 benih/m³ seiring pertumbuhan untuk mencegah persaingan ruang dan pakan.

  • Vaksinasi: Sebelum penebaran, benih divaksinasi untuk mencegah penyakit seperti Viral Nervous Necrosis (VNN).

3. Pemberian Pakan

  • Jenis Pakan: Benih kecil diberi pelet mikro (protein 40–45%), sedangkan ikan dewasa diberi pelet dengan diameter 2–5 mm atau ikan rucah. Suplemen seperti vitamin C dan probiotik ditambahkan untuk meningkatkan imunitas.

  • Frekuensi: Pada tahap awal, pakan diberikan 4–5 kali sehari hingga ikan kenyang. Setelah ikan mencapai berat 100 gram, pemberian pakan dikurangi menjadi 2–3 kali sehari.

  • Efisiensi: Pakan harus diserap sepenuhnya untuk mencegah sisa pakan yang dapat menarik predator seperti ikan buntal, yang dapat merusak jaring KJA.

4. Pengelolaan Kualitas Air dan Penyakit

  • Kualitas Air: Parameter air dipantau harian menggunakan alat seperti refraktometer (salinitas), pH meter, dan DO meter. Aerasi diperkuat pada malam hari untuk menjaga oksigen terlarut.

  • Pengendalian Penyakit: Penyakit umum seperti VNN dan infeksi bakteri (Vibrio) dicegah dengan vaksinasi, jaring knotless, dan pembersihan rutin media budidaya. Benih yang sakit diisolasi untuk mencegah penyebaran.

5. Sampling dan Grading

  • Sampling: Dilakukan setiap 2–4 minggu untuk memantau pertumbuhan dan kesehatan ikan.

  • Grading: Ikan dipisahkan berdasarkan ukuran untuk mencegah kanibalisme dan memastikan pertumbuhan seragam.

6. Pemanenan Panen 3 Ton per Ha, Demak Jadi Contoh Budidaya Kakap Putih Air Payau

  • Waktu Panen: Ikan dipanen setelah 6–7 bulan, saat mencapai berat 500 gram–3 kg (ukuran konsumsi). Pemanenan parsial dilakukan untuk ikan ≥500 gram, dengan panen total pada akhir siklus.

  • Metode: Ikan dipanen menggunakan jaring halus di KJA atau tambak, kemudian disortir berdasarkan ukuran. Ikan dapat dijual hidup, segar, atau dalam bentuk fillet untuk ekspor.

  • Produksi: Produksi tambak ekstensif dapat mencapai 640.000 ikan/ha, sementara KJA menghasilkan 5–7 ton per siklus (6 lubang KJA). Harga jual berkisar Rp 60.000–70.000/kg, dengan harga restoran hingga Rp 140.000/kg.

Tantangan dan Solusi dalam Budidaya

Tantangan

  1. Ketersediaan Benih: Produksi benih berkualitas secara kontinu masih terbatas karena tingkat kelangsungan hidup larva yang rendah (20–30%).

  2. Kualitas Air: Degradasi lingkungan akibat limbah industri dan rumah tangga memengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.

  3. Penyakit: Infeksi seperti VNN dan bakteri Vibrio sering menyerang, terutama jika jaring KJA bersimpul menyebabkan luka pada ikan.

  4. Persaingan Harga: Kakap putih hasil budidaya (Rp 60.000–70.000/kg) bersaing dengan hasil tangkapan liar (Rp 50.000/kg), yang harganya lebih murah.

  5. Kepadatan Tebar: Kepadatan tinggi menyebabkan persaingan ruang dan pakan, memperlambat pertumbuhan.

Solusi

  1. Perbaikan Teknologi Pembenihan: Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) seperti di Batam dan Ambon telah mengembangkan sistem resirkulasi untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva hingga 30%. Kerja sama dengan FAO/UNDP pada 1989 berhasil memproduksi larva secara massal di Lampung.

  2. Penggunaan KJA Modern: KJA dengan jaring knotless dan bahan HDPE (seperti Aquatec) mengurangi luka dan infeksi, meningkatkan kelangsungan hidup hingga 80% dalam 6 bulan.

  3. Vaksinasi dan Suplemen: Vaksinasi sebelum penebaran dan penambahan probiotik/vitamin pada pakan meningkatkan imunitas ikan.

  4. Program Pemerintah: KKP mendukung budidaya melalui bantuan benih berkualitas (325.396 ekor di Aceh pada 2023) dan penyuluhan teknologi seperti Paket Teknologi Budidaya Kakap Putih di KJA (Ditjen Perikanan, 1993).

  5. Manajemen Kepadatan: Mengurangi kepadatan tebar secara bertahap seiring pertumbuhan ikan untuk menjaga efisiensi pakan dan pertumbuhan optimal.

Prospek dan Potensi Ekonomi

Budidaya kakap putih memiliki prospek cerah di Indonesia karena:

  • Permintaan Pasar: Permintaan lokal dan ekspor (terutama ke Bali, 5–7 ton/minggu) terus meningkat. Kakap putih dapat dijual dalam bentuk hidup, segar, atau fillet, dengan harga kompetitif (Rp 60.000–70.000/kg di KJA, Rp 140.000/kg di restoran).

  • Potensi Lahan: Indonesia memiliki 100.000 ha potensi lahan budidaya laut, namun baru 0,5% yang dimanfaatkan. Sentra budidaya utama meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Aceh.

  • Produksi Nasional: Produksi kakap putih pada 2017 mencapai 8.000 ton, dengan target KKP 312.500 ton pada 2015 dan pertumbuhan 17,31% per tahun hingga 2019.

  • Keunggulan Teknis: Kakap putih mudah beradaptasi dengan pakan pelet, memiliki pertumbuhan cepat, dan toleran terhadap salinitas, menjadikannya ideal untuk tambak dan KJA.

Namun, tantangan seperti overfishing di alam liar dan keterbatasan benih perlu diatasi melalui budidaya berkelanjutan. Program KKP, seperti bantuan benih dan pengembangan KJA offshore, berpotensi menghasilkan 568 ton per siklus dengan nilai Rp 39,7 miliar per panen.

Penutup

Budidaya ikan kakap putih dari pembibitan hingga produksi adalah proses yang menjanjikan, didukung oleh teknologi modern dan potensi pasar yang besar. Tahap pembibitan melibatkan pemilihan induk, pemijahan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva hingga menjadi benih berkualitas, dengan tantangan utama pada tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Pembesaran di tambak atau KJA memerlukan pengelolaan kualitas air, pakan, dan penyakit untuk mencapai panen optimal dalam 6–7 bulan. Dengan dukungan pemerintah melalui penyuluhan, bantuan benih, dan inovasi teknologi seperti KJA HDPE dan sistem resirkulasi, budidaya kakap putih dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan mendukung ekspor perikanan Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi lahan dan pasar yang besar, kakap putih berpotensi menjadi “salmon Indonesia,” memperkuat posisi Indonesia sebagai penghasil komoditas perikanan unggulan di pasar global.

BACA JUGA: Panduan Lengkap Travelling ke Negara Palau: Petualangan di Surga Pasifik

BACA JUGA: Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Negara Palau: Keberlanjutan di Kepulauan Pasifik

BACA JUGA: Seni dan Tradisi Negara Palau: Warisan Budaya Mikronesia yang Kaya