Panduan Perawatan Ikan Mujair dari 0 Hari hingga Siap Produksi

Panduan Perawatan Ikan Mujair dari 0 Hari hingga Siap Produksi

pchotdeals.com, 12 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Cara Budidaya Ikan Mujair Di Kolam Terpal Untuk Pemula

Ikan mujair (Oreochromis mossambicus), dikenal sebagai salah satu ikan air tawar konsumsi populer di Indonesia, menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan karena kemudahan budidaya, pertumbuhan cepat, dan permintaan pasar yang tinggi. Ditemukan pertama kali di muara Sungai Serang, Blitar, Jawa Timur pada 1939 oleh seorang bernama Mujair, ikan ini kini telah menyebar luas di berbagai wilayah Indonesia dan dunia. Artikel ini menyajikan panduan lengkap perawatan ikan mujair dari tahap awal (0 hari) hingga siap di produksi, mencakup persiapan sarana, pembibitan, pemeliharaan, hingga panen, dengan fokus pada praktik terbaik untuk memastikan hasil optimal.

Latar Belakang Ikan Mujair

Ikan mujair berasal dari perairan Afrika Tenggara, seperti Mozambik dan Malawi, dan dikenal karena kemampuan adaptasinya yang luar biasa di berbagai kondisi lingkungan, termasuk air tawar dan air payau. Di Indonesia, ikan ini digemari karena harganya terjangkau, kandungan nutrisinya yang kaya (protein, omega-3, vitamin D), dan tekstur dagingnya yang lezat. Mujair juga memiliki sifat re produksi yang cepat, dengan siklus pemijahan setiap 1,5 bulan dan kemampuan mengerami telur di mulut (mouthbrooder), menjadikannya pilihan ideal untuk budidaya komersial. Namun, tanpa perawatan yang tepat, produktivitas bisa menurun akibat hama, penyakit, atau kualitas air yang buruk. Panduan ini dirancang untuk membantu peternak mencapai hasil maksimal dengan metode yang efisien dan berkelanjutan.

Tahapan Perawatan Ikan Mujair KURIPAN - Cara Budidaya Ternak Ikan Mujair Paling Lengkap Dan Mudah

1. Persiapan Sarana dan Peralatan

Budidaya ikan mujair membutuhkan sarana dan peralatan yang memadai untuk mendukung siklus hidup dari pemijahan hingga panen. Berikut adalah komponen utama yang perlu disiapkan:

a. Jenis Kolam

Empat jenis kolam diperlukan untuk budidaya mujair secara profesional:

  • Kolam Pemijahan (Pemeliharaan Induk):

    • Ukuran: 50–100 m², dengan kepadatan 2 ekor/m².

    • Kedalaman: 40–60 cm.

    • Suhu Air: 20–22°C.

    • Dasar Kolam: Tanah berpasir atau berlumpur untuk memudahkan induk membuat sarang.

    • Persiapan: Keringkan kolam selama 5–7 hari, beri kapur pertanian (30 g/m²) untuk menetralkan pH, dan pupuk kandang (500 g/m²) untuk meningkatkan fitoplankton sebagai pakan alami.

  • Kolam Pendederan (Pemeliharaan Benih):

    • Ukuran: 50–100 m².

    • Kedalaman: 30–50 cm.

    • Kepadatan: 30–50 ekor/m² (benih 1–3 cm), 5–10 ekor/m² (benih 3–5 cm), atau 2–5 ekor/m² (benih 5–8 cm).

    • Persiapan: Bersihkan dari ikan liar, pupuk dengan 50–700 g/m² pupuk kandang atau hijau, dan isi air bertahap hingga 30 cm, biarkan 3–5 hari untuk pertumbuhan organisme pakan alami.

  • Kolam Pembesaran:

    • Ukuran: Disesuaikan dengan lahan, idealnya 100–200 m².

    • Kedalaman: 80–120 cm.

    • Kepadatan: 7–10 ekor/m² untuk benih berukuran 10 cm (bobot 15 g).

    • Persiapan: Jemur kolam hingga retak, beri kapur (30 g/m²) dan pupuk kandang (500 g/m²), isi air bertahap (30 cm, tunggu 3 hari, lalu tambah hingga 80–120 cm).

  • Kolam Pembersihan:

    • Ukuran: Kecil, sekitar 10–20 m².

    • Fungsi: Menyimpan ikan sebelum dipasarkan untuk menghilangkan bau lumpur.

    • Persiapan: Air bersih mengalir, kedalaman 30–50 cm.

b. Jenis Kolam Alternatif

Selain kolam tanah, peternak dapat menggunakan:

  • Kolam Terpal: Hemat biaya, cocok untuk lahan terbatas. Pastikan terpal berkualitas dan kolam dilengkapi sistem pengairan.

  • Keramba Jaring Apung: Digunakan di waduk atau sungai, dengan kepadatan 10–20 ekor/m³.

  • Sawah Berokan: Petak sawah dengan parit (lebar 1–1,5 m, kedalaman 60–75 cm) untuk pemijahan dan pendederan.

c. Peralatan Pendukung

  • Pompa Air: Untuk pengisian dan penggantian air (contoh: pompa Honda Power).

  • Jaring/Saringan: Mencegah masuknya predator dan memudahkan panen.

  • Aerator: Menjaga kadar oksigen, terutama di kolam terpal.

  • Alat Ukur Kualitas Air: pH meter (ideal pH 7–8), termometer (suhu 25–30°C), dan pengukur dissolved oxygen (DO minimal 5 mg/L).

  • Wadah Inkubasi: Untuk pembuahan buatan (opsional).

  • Pakan dan Suplemen: Pellet, dedak, suplemen organik seperti GDM Spesialis Perikanan.

d. Kualitas Air

  • Sumber Air: Sungai, sumur, mata air, atau air hujan yang bersih, bebas dari limbah kimia atau minyak.

  • Debit Air: 8–15 liter/detik/ha untuk kolam air tenang; 100 liter/menit/m³ untuk kolam air deras.

  • pH: 7–8,5.

  • Suhu: 25–30°C untuk pertumbuhan optimal.

2. Pemilihan Indukan

Indukan berkualitas adalah kunci keberhasilan pembibitan. Berikut kriteria indukan mujair yang baik:

  • Bobot: Minimal 100 g, sehat, dan bugar.

  • Usia: Sekitar 3–6 bulan, sudah matang gonad.

  • Ciri Fisik:

    • Jantan: Dua lubang urogenital (anus dan sperma), tubuh ramping, warna cerah, sirip punggung kemerahan.

    • Betina: Tiga lubang urogenital (anus, ovarium, urin), tubuh lebih bulat, warna pucat.

  • Kualitas: Responsif terhadap pakan buatan, tahan terhadap penyakit, pertumbuhan cepat, dan mampu menghasilkan benih dalam jumlah besar.

  • Sumber: Dari hatchery terpercaya atau indukan hasil seleksi peternak.

3. Pembibitan dan Pemijahan Pembenihan Ikan Nila - Benih Ikan Nila

a. Persiapan Pemijahan

  • Siapkan kolam pemijahan dengan kedalaman 30–60 cm, dasar berlumpur atau berpasir.

  • Masukkan indukan jantan dan betina dengan rasio 1:3 (1 jantan untuk 3 betina) untuk meningkatkan peluang pembuahan.

  • Beri pakan alami (fitoplankton, zooplankton) dan pakan buatan (pellet dengan protein 20–30%, dosis 2–3% bobot tubuh/hari, 2 kali sehari).

  • Opsi: Suntik hormon HCG pada betina untuk merangsang ovulasi (dosis sesuai petunjuk ahli perikanan).

b. Proses Pemijahan

  • Induk jantan membuat sarang berupa cekungan (diameter 10–35 cm) di dasar kolam.

  • Betina meletakkan telur di sarang, yang segera dibuahi oleh jantan.

  • Telur dikumpulkan oleh betina ke dalam mulut untuk dierami (mouthbrooding), sehingga terlindungi dari predator.

  • Telur menetas dalam 3–5 hari pada suhu 25–27°C. Induk betina tidak makan selama masa inkubasi, sehingga tubuhnya tampak kurus.

c. Pembuahan Buatan (Opsional)

  • Keluarkan telur dari betina dan sperma dari jantan secara manual.

  • Campurkan di wadah inkubasi, lalu inkubasi hingga menetas (3–5 hari).

  • Pindahkan larva ke kolam pendederan setelah 2 minggu, ketika mereka mulai mencari makan sendiri.

4. Pendederan (Pemeliharaan Benih)

a. Persiapan Kolam Pendederan

  • Keringkan kolam, bersihkan dari ikan liar, dan beri kapur (30 g/m²) serta pupuk kandang (500 g/m²).

  • Isi air setinggi 30 cm, biarkan 3–5 hari hingga air kehijauan (tanda fitoplankton tumbuh), lalu tambah hingga 50 cm.

  • Pastikan suhu 25–30°C, pH 7–8, dan DO minimal 5 mg/L.

b. Penebaran Benih

  • Pindahkan benih berukuran 1–3 cm dari kolam pemijahan atau inkubator.

  • Kepadatan:

    • 1–3 cm: 30–50 ekor/m².

    • 3–5 cm: 5–10 ekor/m².

    • 5–8 cm: 2–5 ekor/m².

  • Waktu terbaik: Pagi atau sore hari untuk mengurangi stres akibat perubahan suhu.

c. Pemberian Pakan

  • 0–14 hari: Pakan alami seperti kutu air, artemia, atau fitoplankton.

  • 2–4 minggu: Tambahkan pakan buatan (pellet halus, protein 25–30%, dosis 5–10% bobot tubuh/hari, 3 kali sehari).

  • Suplemen: Gunakan probiotik seperti Suplemen Organik Cair GDM Spesialis Perikanan (6 ml/kg pakan, pagi hari) untuk meningkatkan nafsu makan dan penyerapan nutrisi.

d. Perawatan

  • Ganti 30% air kolam setiap 2 minggu untuk menjaga kualitas air.

  • Bersihkan sisa pakan dan kotoran dengan sifon.

  • Pantau kesehatan benih; pisahkan benih sakit untuk mencegah penyebaran penyakit.

  • Durasi pendederan: 3–4 minggu, hingga benih mencapai ukuran 5–8 cm.

5. Pembesaran

a. Persiapan Kolam Pembesaran

  • Jemur kolam hingga retak, beri kapur (30 g/m²) dan pupuk kandang (500 g/m²).

  • Isi air bertahap: 30 cm (tunggu 3 hari), lalu tambah hingga 80–120 cm.

  • Tambahkan eceng gondok untuk menjaga suhu dan sebagai pakan tambahan.

b. Penebaran Benih

  • Pindahkan benih berukuran 5–8 cm atau 10 cm (bobot 15 g) dengan kepadatan 7–10 ekor/m².

  • Sistem budidaya:

    • Monokultur: Hanya mujair, memudahkan pengelolaan dan pemberian pakan.

    • Polikultur: Kombinasi dengan ikan mas, tawes, atau gurame (mujair 50%, ikan lain ≤30%) untuk memaksimalkan produktivitas kolam.

c. Pemberian Pakan

  • Pakan Alami: Fitoplankton, zooplankton, eceng gondok.

  • Pakan Buatan: Pellet (protein 20–30%, dosis 2–3% bobot populasi/hari, 2 kali sehari, pagi dan sore). Alternatif: Campuran dedak halus (65%), tepung ikan (25%), dan tepung kopra (10%).

  • Suplemen: GDM Spesialis Perikanan (6 ml/kg pakan, pagi hari) untuk pertumbuhan optimal.

  • Catatan: Hindari pakan pelet pabrik berlebihan karena mujair rakus, yang dapat meningkatkan biaya produksi.

d. Perawatan

  • Ganti 20–30% air kolam setiap 2–3 minggu, bersihkan sisa pakan dan kotoran.

  • Gunakan aerator di kolam terpal untuk menjaga kadar oksigen.

  • Pantau parameter air: pH 7–8, suhu 25–30°C, DO 5–7 mg/L.

  • Durasi pembesaran: 4–5 bulan, hingga ikan mencapai bobot 30–45 g atau panjang 15–20 cm.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

a. Hama

  • Jenis Hama: Bebeasan (Notonecta), ucrit (Larva cybister), kodok, ular, lingsang, burung.

  • Pengendalian:

    • Bebeasan dan ucrit: Tuang minyak tanah tipis di permukaan air (hati-hati agar tidak berlebihan).

    • Kodok, ular, lingsang, burung: Pasang pagar keliling kolam, saringan di saluran air, atau buru secara manual.

    • Jaga kebersihan kolam untuk mengurangi daya tarik hama.

b. Penyakit

  • Penyakit Umum:

    • Bintik Putih (Ichthyophthirius multifiliis): Muncul bintik putih pada kulit, ikan lesu. Penyebab: Protozoa.

    • Infeksi Bakteri (Aeromonas, Pseudomonas): Luka, sirip rusak, perut kembung.

    • Jamur (Saprolegnia): Lapisan putih seperti kapas pada kulit.

  • Pengendalian:

    • Jaga kualitas air (pH, suhu, DO) untuk mencegah stres.

    • Kurangi kepadatan tebar untuk menghindari kompetisi.

    • Beri probiotik (GDM Black BOS, 6 g/m², saat persiapan kolam) untuk meningkatkan imunitas.

    • Jika terdeteksi penyakit, pisahkan ikan sakit, gunakan garam ikan (dosis 1–2 g/L) atau obat perikanan sesuai saran ahli.

    • Hindari kelebihan pakan untuk mencegah polusi air.

7. Panen

a. Waktu Panen

  • Usia: 4–5 bulan setelah penebaran benih.

  • Ukuran: Bobot 30–45 g, panjang 15–20 cm (sesuai permintaan pasar).

  • Metode:

    • Panen Sebagian: Ambil ikan yang sudah mencapai ukuran pasar (selektif berdasarkan ukuran).

    • Panen Total: Kuras kolam dan ambil semua ikan, biasanya dilakukan pada usia 5 bulan.

b. Proses Panen

  • Kurangi ketinggian air kolam hingga 30–50 cm untuk memudahkan penangkapan.

  • Gunakan jaring atau saringan untuk mengambil ikan.

  • Pindahkan ikan ke kolam pembersihan dengan air mengalir selama 1–2 hari untuk menghilangkan bau lumpur.

  • Sortir ikan berdasarkan ukuran dan kualitas untuk pasar.

  • Kemas dalam wadah berisi air bersih dengan aerasi jika dikirim jarak jauh.

c. Hasil Panen

  • Dengan kepadatan 7–10 ekor/m², kolam seluas 100 m² dapat menghasilkan 700–1.000 ekor ikan (setara 21–45 kg, tergantung bobot rata-rata).

  • Harga pasar (2025): Rp20.000–Rp30.000/kg, tergantung wilayah dan kualitas.

8. Pasca-Panen

  • Persiapan Kolam untuk Siklus Berikutnya:

    • Kuras dan keringkan kolam selama 5–7 hari.

    • Bersihkan lumpur dan sisa pakan, beri kapur (30 g/m²) dan pupuk (500 g/m²).

  • Pemeliharaan Indukan:

    • Sisakan beberapa indukan jantan dan betina dewasa untuk pemijahan berikutnya.

    • Beri pakan bergizi untuk memulihkan kondisi indukan.

  • Evaluasi:

    • Catat jumlah panen, biaya produksi, dan keuntungan untuk perbaikan siklus berikutnya.

    • Konsultasikan hasil dengan ahli perikanan untuk optimasi.

Keunggulan Budidaya Ikan Mujair Gambar Ikan Mujair yang Beda dari Ikan Nila

  1. Pertumbuhan Cepat: Mujair siap panen dalam 4–5 bulan, dengan siklus re produksi setiap 1,5 bulan.

  2. Adaptasi Tinggi: Dapat hidup di air tawar, payau, kolam, sawah, atau keramba.

  3. Pakan Fleksibel: Mengonsumsi pakan alami (fitoplankton, eceng gondok) dan buatan (pellet, dedak).

  4. Tahan Penyakit: Dengan pengelolaan air yang baik, mujair relatif tahan terhadap penyakit.

  5. Permintaan Pasar Tinggi: Harga terjangkau dan kandungan gizi membuatnya populer di kalangan konsumen.

Tantangan dan Solusi

  1. Hama dan Penyakit:

    • Tantangan: Hama seperti bebeasan atau penyakit bintik putih dapat menurunkan produktivitas.

    • Solusi: Jaga kualitas air, gunakan probiotik, dan pasang saringan anti-predator.

  2. Kualitas Air:

    • Tantangan: Air keruh atau tercemar dapat menyebabkan stres dan kematian ikan.

    • Solusi: Ganti air rutin, gunakan aerator, dan pantau parameter air secara berkala.

  3. Biaya Pakan:

    • Tantangan: Mujair rakus, sehingga pakan pelet dapat meningkatkan biaya.

    • Solusi: Manfaatkan pakan alami dan campuran dedak-tepung ikan untuk efisiensi.

  4. Kepadatan Berlebih:

    • Tantangan: Kepadatan tinggi menyebabkan kompetisi pakan dan penyakit.

    • Solusi: Ikuti rekomendasi kepadatan (7–10 ekor/m² untuk pembesaran).

Tips Tambahan untuk Pemula

  • Konsultasi Ahli: Diskusikan rencana budidaya dengan tim perikanan atau dokter hewan untuk menentukan dosis pupuk, pakan, atau suplemen (misalnya, GDM Spesialis Perikanan).

  • Mulai Kecil: Gunakan kolam terpal atau lahan terbatas untuk menguji teknik sebelum ekspansi.

  • Catat Data: Dokumentasikan tahapan budidaya (pemeliharaan, pakan, panen) untuk analisis dan perbaikan.

  • Manfaatkan Teknologi: Gunakan pompa air berkualitas (contoh: Honda Power) dan alat ukur digital untuk efisiensi.

  • Jaringan Komunitas: Bergabung dengan kelompok peternak ikan untuk berbagi pengalaman dan sumber benih.

Kesimpulan

Budidaya ikan mujair dari 0 hari hingga siap produksi adalah proses yang memerlukan perencanaan matang dan perawatan konsisten, namun menawarkan potensi keuntungan yang besar karena sifat ikan yang mudah beradaptasi dan berkembang biak. Dengan mengikuti panduan ini—mulai dari persiapan kolam, pemilihan indukan, pembibitan, pendederan, pembesaran, pengendalian hama, hingga panen—peternak dapat mencapai hasil panen optimal (30–45 g/ekor dalam 4–5 bulan). Kunci keberhasilan terletak pada pengelolaan kualitas air, pemberian pakan yang seimbang, dan pencegahan hama serta penyakit. Dengan ketelatenan dan penerapan teknik terbaik, budidaya mujair dapat menjadi usaha yang menguntungkan dan berkelanjutan, mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal.

 

BACA JUGA: Sejarah Kemerdekaan Maldives: Perjuangan Menuju Kedaulatan

BACA JUGA: Panduan Perawatan Bebek Peking dari 0 Hari hingga Siap Produksi

BACA JUGA: Suaka Laut: Konservasi Ekosistem Laut untuk Masa Depan Bumi